kami ingin bertemu denganmu
bukankah engkau pemimpin kami
Imam besar negeri ini
kepadamu bermuara segala benang kusut
segala gemuruh
bahkan di bahumu semua harap anak negri tertuju
bukan kepada para pembantumu
bahkan bukan juga kepada wakilmu
apalagi kepada karang karang membisu
di istanamu
ribuan kilo telah kami tempuh
gemuruh dada kami oleh kata membelati
koyak berjuta hati
berdarah berjuta jiwa
kepadamu obat luka kami minta
ya, obat luka
bukan perlakuan seperti yang kau berikan
kepada saudara kami di ujung timur
kau undang dan kau jamu megah di istana
setelah mereka koyak cinta
bukan, bukan itu
kami hanya minta obat luka
ribuan kilo telah kami tempuh
ribuan hati dari delapan penjuru angin
ribuan kumpulan yang tak saling kenal
dari seluruh pelosok negri
melafazkan damai menuju istanamu
ribuan kilo telah kami tempuh
tentu bukan untuk membuat rusuh
meski bara di dada demikian bergemuruh
meski api di nadi demikian membakar
meski darah sudah mendidih
tidakkah kau mengerti?
tidakkah kau melihat?
tidakkah kau peduli?
ahh, ternyata untuk kami kau hilang hati
engkau pergi membelakangi
sementara kami berdarah ditikam tirani.
Jogja, 6 Nov 2016
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar