Yogyakarta sudah hujan
tapi udaranya masih panas
membawa gerah mereka di Senayan
Kaki Merapi, 3 November 2011
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Rabu, 02 November 2011
Musim Tak Berganti
sehelai daun melayang jatuh
tak menguning, tak juga melayu
tangkainya masih basah
oleh darah kemarin sore
didekapnya aroma bumi dalam satu hirup
sudah purba hidup
sorot matahari mencanda rekah awan
mengusapkan jejakjejak gersang di alun lagu
syair tak lagi tuah
termakan gempita yang gagap
musim ini tak juga berganti
Kaki Merapi, 30 Oktober 2011
tak menguning, tak juga melayu
tangkainya masih basah
oleh darah kemarin sore
didekapnya aroma bumi dalam satu hirup
sudah purba hidup
sorot matahari mencanda rekah awan
mengusapkan jejakjejak gersang di alun lagu
syair tak lagi tuah
termakan gempita yang gagap
musim ini tak juga berganti
Kaki Merapi, 30 Oktober 2011
Minggu, 30 Oktober 2011
Mencintaimu
Ijinkan aku mencintaimu
dengan cinta seperti tumbuhnya kuku
tak kenal henti meski jutaan kali dipotong
seperti gelombang rambutmu
mengombak di hatiku
menciptakan riakriak rindu dan buihbuih angan
memberi geletar di sekujur rasa dan denyar di kepala
aku terenjana
Biarkan aku mencintaimu
dengan cinta aloevera
tak kenal musim
sepanjang apapun kemarau menghanguskan hati
sehebat apapun hujan meluapkan banjir airmata luka
ia tetap hidup dan tumbuh
karena akarnya adalah uraturat nadi
Maka kutelutkan sujud paling sujud pada kuasa alam
bahwa badai dan gelombang laut
adalah pendar bintang pada langit rumah cinta
karena adonan cinta hilang garam
jika laut selalu tenang mengalun
Kaki Merapi, 26 Oktober 2011
dengan cinta seperti tumbuhnya kuku
tak kenal henti meski jutaan kali dipotong
seperti gelombang rambutmu
mengombak di hatiku
menciptakan riakriak rindu dan buihbuih angan
memberi geletar di sekujur rasa dan denyar di kepala
aku terenjana
Biarkan aku mencintaimu
dengan cinta aloevera
tak kenal musim
sepanjang apapun kemarau menghanguskan hati
sehebat apapun hujan meluapkan banjir airmata luka
ia tetap hidup dan tumbuh
karena akarnya adalah uraturat nadi
Maka kutelutkan sujud paling sujud pada kuasa alam
bahwa badai dan gelombang laut
adalah pendar bintang pada langit rumah cinta
karena adonan cinta hilang garam
jika laut selalu tenang mengalun
Kaki Merapi, 26 Oktober 2011
Jalan Darah Hati
sebatang jalan membujur jauh
aku sampai di ujungnya, ternyata bercabang
banyak kulihat darah berceceran di manamana
di semua cabang
terhenyak aku oleh genang merah berkilat
"apa yang terserak ini?" tanya hatiku
sebatang pohon meliuk, daunnya berkata, "kau ingin tahu?"
"kisahkan padaku," kata hatiku
syahdan, banyak pengembara terhenti di ujung jalan ini
mereka berkumpul dan berembug bagaimana membuat jalan baru
datanglah seekor gagak tibatiba berkata, "buang hati kalian,
tetes darahnya akan menjadi jalan baru
semakin banyak hati, semakin banyak dan panjang jalan."
mereka beramairamai mencabut hati dari dada dan
melemparkan sesukanya
dan jadilah jalanjalan bercabang, kemudian
mereka pergi dan kembali membawa hatihati baru
hingga semakin panjang cabangcabang jalan
maka jalan ini dinamai Jalan Darah Hati
entah di mana mereka mendapat hati
"siapakah mereka?" tanya hatiku
"jika nanti kaulihat kereta kencana dengan roda berlumur darah
itulah mereka di dalamnya," kata dedaunan mendesah
sesaat kemudian lewat kereta kencana bertabur berlian
dengan roda berlumur darah
dari berbagai cabang jalan
wajahwajah pasi bermata elang bercakap dan tertawa
kulihat lebih dekat, ada katakata di dahi mereka:
"kami tak butuh hati, apalagi puisi"
Kaki Merapi, 29 Oktober 2011
aku sampai di ujungnya, ternyata bercabang
banyak kulihat darah berceceran di manamana
di semua cabang
terhenyak aku oleh genang merah berkilat
"apa yang terserak ini?" tanya hatiku
sebatang pohon meliuk, daunnya berkata, "kau ingin tahu?"
"kisahkan padaku," kata hatiku
syahdan, banyak pengembara terhenti di ujung jalan ini
mereka berkumpul dan berembug bagaimana membuat jalan baru
datanglah seekor gagak tibatiba berkata, "buang hati kalian,
tetes darahnya akan menjadi jalan baru
semakin banyak hati, semakin banyak dan panjang jalan."
mereka beramairamai mencabut hati dari dada dan
melemparkan sesukanya
dan jadilah jalanjalan bercabang, kemudian
mereka pergi dan kembali membawa hatihati baru
hingga semakin panjang cabangcabang jalan
maka jalan ini dinamai Jalan Darah Hati
entah di mana mereka mendapat hati
"siapakah mereka?" tanya hatiku
"jika nanti kaulihat kereta kencana dengan roda berlumur darah
itulah mereka di dalamnya," kata dedaunan mendesah
sesaat kemudian lewat kereta kencana bertabur berlian
dengan roda berlumur darah
dari berbagai cabang jalan
wajahwajah pasi bermata elang bercakap dan tertawa
kulihat lebih dekat, ada katakata di dahi mereka:
"kami tak butuh hati, apalagi puisi"
Kaki Merapi, 29 Oktober 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...