duhai
tak bisa lagi kubuat pemisah
antara harap dan gelisah
sebab mereka memberi sayat yang sama di tiap bilah
sengilu senyap percik api
setiap detik menjadi jarum
mencatatkan resah sesepi goresnya
waktu tak bercerita apapun
hanya alirkan sesah dari lubang hitamnya
menjadi elang sayap patah
kucatat puisi pagi pelipur diri
bahwa rebahmu hanya sepanjang desah
bukan alir air yang tak henti membasah
cukuplah sekejap kerjap malam di lekuk tirai
duhai
pasrah semestinya buah yang kutuai
Kaki Merapi, 2 Oktober 2012