Jumat, 26 Agustus 2011

Di Penghujung Ramadhan

Duhai kekasihku,
engkau mengundangku ke dalam kemahmu dan berdiam
menyimak bisik pasir yang memantulkan safaat
segenap penjuru bumi bagimu
kusandarkan kepalaku pada bilah jantungmu
yang berdetak lembut mengalunkan tembang-tembang ilahi
dan para malaikat mengiringi.
Kita berdendang dibentang jarak dan waktu,
aku mencoba mengurai rindu yang paling kekasih padamu.

Duhai kekasihku,
sesungguhnya tak cukup lima waktu kita bertemu
untuk hati yang tlah gelap membiru;
tak cukup 30 hari mendera diri
karna tak hangus daki bersuluh matahari;
pada simpang-simpang hari rindu makin membelenggu
sementara jiwa-jiwa membatu

Duhai kekasihku,
aku ingin menjadi hujan
agar mampu menyentuh pelangimu


Kaki Merapi, 27 Agustus 2011

Duhai Kekasih II

Aku sering kehilangan kekasih pada malam
yang menyembunyikannya pada ruangruang tak bernama,
lalu apakah dikau masih kusebut kekasih
jika waktu tak pernah henti mematahkan rinduku:

waktu belum berkata padaku sampai kapan
dia menyembunyikanmu dalam ruang hampa rasa
dan menyandera pendarpendar renjanaku
di sudutsudut gelap
Jika kepadaku dia bilang
mestinya selesai rinai kekasihku melenggang hilang

O duhai, malam telah lama menjadi jahanam bagiku!
merenggut kekasihku tanpa ampun dari tumpukan inginku
dan menyandera harapku dalam istana debu
tahukan engkau betapa aku tlah kenakan
busana cinta untukmu?

Duhai,
ini malam menawarkan rajam pada tiap titik ruang
menghadirkan repih pada tiaptiap serpih rasa
masihkah engkau kekasih
ketika tanggal satu per satu daun rindu?

Duhai kekasih,
pernah kulihat seleret berpendar dari bola matamu
menyembunyikan kulum yang kau hujamkan
pada telaga yang menyambut sambil berbuncah
aku tergugu
tak lagi sekedar malamku menjadi jahanam
siangku telah pula merajam


Yogyakarta, 26 Agustus 2011

Ilustrasi gambar adalah lukisan karya Lim Sahih
tidak ada judulnya
Tidak digunakan untuk tujuan komersial

Minggu, 21 Agustus 2011

Magrib

Semburat saga mengundang matahari meredupkan binarnya
gema ilahi menggaung pada jiwajiwa merindu
gemericik air menghantar gerak dalam pensucian tubuh
maka bertelut semesta jiwa dalam segenap rindu
dan sunyi menjadi saksi pertautan dengan Sang Suci

Wahai jiwaku yang kembara di bawah matahari garang
senyapkan sejenak dalam dekap samudra rindu abadi
luruhkan segenap keangkuhan pada sujud
seiring rebah semesta dalam belai cinta nirvana
biar menari setiap bulir darah
dan berdendang sekujur syaraf pada sapa Ilahi

Yaa Allah, Yaa Rabb...
rinduku menggeletar seolah air mencari samudra
ijinkan sunyi merengkuhku dan mengecupkan hembusMU
pada detik magrib
pada sunyi Sang Suci
telutku adalah lentang jiwa padaMU


Yogyakarta, 22 Agustus 2011

Duhai Kekasih

Ini malam anganku terberai menyecap aroma
yang kau tebar lewat desau
kerjap matamu berkerling dengan rembulan
mengundang rasaku merenjana
sepertinya malam tengah bersetubuh dengan hasratku
karna setiap bulir darahku meletupletup
bak terjerang di titik didih
dan setiap simpul syaraf menggeletar saling tindih

Duhai kekasih,
angin diamdiam datang membentangkan rentang
maka rinduku kembali pada dedaunan tergantang
tersisa kerlingmu perlahan melenggang
hilang

Duhai kekasih...


Kaki Merapi, 21 Agustus 2011

Ilustrasi gambar adalah lukisan karya Lim Sahih
digunakan bukan untuk tujuan komersial