Duhai kekasihku,
engkau mengundangku ke dalam kemahmu dan berdiam
menyimak bisik pasir yang memantulkan safaat
segenap penjuru bumi bagimu
kusandarkan kepalaku pada bilah jantungmu
yang berdetak lembut mengalunkan tembang-tembang ilahi
dan para malaikat mengiringi.
Kita berdendang dibentang jarak dan waktu,
aku mencoba mengurai rindu yang paling kekasih padamu.
Duhai kekasihku,
sesungguhnya tak cukup lima waktu kita bertemu
untuk hati yang tlah gelap membiru;
tak cukup 30 hari mendera diri
karna tak hangus daki bersuluh matahari;
pada simpang-simpang hari rindu makin membelenggu
sementara jiwa-jiwa membatu
Duhai kekasihku,
aku ingin menjadi hujan
agar mampu menyentuh pelangimu
Kaki Merapi, 27 Agustus 2011
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Jumat, 26 Agustus 2011
Duhai Kekasih II
Aku sering kehilangan kekasih pada malam
yang menyembunyikannya pada ruangruang tak bernama,
lalu apakah dikau masih kusebut kekasih
jika waktu tak pernah henti mematahkan rinduku:
waktu belum berkata padaku sampai kapan
dia menyembunyikanmu dalam ruang hampa rasa
dan menyandera pendarpendar renjanaku
di sudutsudut gelap
Jika kepadaku dia bilang
mestinya selesai rinai kekasihku melenggang hilang
O duhai, malam telah lama menjadi jahanam bagiku!
merenggut kekasihku tanpa ampun dari tumpukan inginku
dan menyandera harapku dalam istana debu
tahukan engkau betapa aku tlah kenakan
busana cinta untukmu?
Duhai,
ini malam menawarkan rajam pada tiap titik ruang
menghadirkan repih pada tiaptiap serpih rasa
masihkah engkau kekasih
ketika tanggal satu per satu daun rindu?
Duhai kekasih,
pernah kulihat seleret berpendar dari bola matamu
menyembunyikan kulum yang kau hujamkan
pada telaga yang menyambut sambil berbuncah
aku tergugu
tak lagi sekedar malamku menjadi jahanam
siangku telah pula merajam
Yogyakarta, 26 Agustus 2011
Ilustrasi gambar adalah lukisan karya Lim Sahih
tidak ada judulnya
Tidak digunakan untuk tujuan komersial
yang menyembunyikannya pada ruangruang tak bernama,
lalu apakah dikau masih kusebut kekasih
jika waktu tak pernah henti mematahkan rinduku:
waktu belum berkata padaku sampai kapan
dia menyembunyikanmu dalam ruang hampa rasa
dan menyandera pendarpendar renjanaku
di sudutsudut gelap
Jika kepadaku dia bilang
mestinya selesai rinai kekasihku melenggang hilang
O duhai, malam telah lama menjadi jahanam bagiku!
merenggut kekasihku tanpa ampun dari tumpukan inginku
dan menyandera harapku dalam istana debu
tahukan engkau betapa aku tlah kenakan
busana cinta untukmu?
Duhai,
ini malam menawarkan rajam pada tiap titik ruang
menghadirkan repih pada tiaptiap serpih rasa
masihkah engkau kekasih
ketika tanggal satu per satu daun rindu?
Duhai kekasih,
pernah kulihat seleret berpendar dari bola matamu
menyembunyikan kulum yang kau hujamkan
pada telaga yang menyambut sambil berbuncah
aku tergugu
tak lagi sekedar malamku menjadi jahanam
siangku telah pula merajam
Yogyakarta, 26 Agustus 2011
Ilustrasi gambar adalah lukisan karya Lim Sahih
tidak ada judulnya
Tidak digunakan untuk tujuan komersial
Minggu, 21 Agustus 2011
Magrib
Semburat saga mengundang matahari meredupkan binarnya
gema ilahi menggaung pada jiwajiwa merindu
gemericik air menghantar gerak dalam pensucian tubuh
maka bertelut semesta jiwa dalam segenap rindu
dan sunyi menjadi saksi pertautan dengan Sang Suci
Wahai jiwaku yang kembara di bawah matahari garang
senyapkan sejenak dalam dekap samudra rindu abadi
luruhkan segenap keangkuhan pada sujud
seiring rebah semesta dalam belai cinta nirvana
biar menari setiap bulir darah
dan berdendang sekujur syaraf pada sapa Ilahi
Yaa Allah, Yaa Rabb...
rinduku menggeletar seolah air mencari samudra
ijinkan sunyi merengkuhku dan mengecupkan hembusMU
pada detik magrib
pada sunyi Sang Suci
telutku adalah lentang jiwa padaMU
Yogyakarta, 22 Agustus 2011
gema ilahi menggaung pada jiwajiwa merindu
gemericik air menghantar gerak dalam pensucian tubuh
maka bertelut semesta jiwa dalam segenap rindu
dan sunyi menjadi saksi pertautan dengan Sang Suci
Wahai jiwaku yang kembara di bawah matahari garang
senyapkan sejenak dalam dekap samudra rindu abadi
luruhkan segenap keangkuhan pada sujud
seiring rebah semesta dalam belai cinta nirvana
biar menari setiap bulir darah
dan berdendang sekujur syaraf pada sapa Ilahi
Yaa Allah, Yaa Rabb...
rinduku menggeletar seolah air mencari samudra
ijinkan sunyi merengkuhku dan mengecupkan hembusMU
pada detik magrib
pada sunyi Sang Suci
telutku adalah lentang jiwa padaMU
Yogyakarta, 22 Agustus 2011
Duhai Kekasih
Ini malam anganku terberai menyecap aroma
yang kau tebar lewat desau
kerjap matamu berkerling dengan rembulan
mengundang rasaku merenjana
sepertinya malam tengah bersetubuh dengan hasratku
karna setiap bulir darahku meletupletup
bak terjerang di titik didih
dan setiap simpul syaraf menggeletar saling tindih
Duhai kekasih,
angin diamdiam datang membentangkan rentang
maka rinduku kembali pada dedaunan tergantang
tersisa kerlingmu perlahan melenggang
hilang
Duhai kekasih...
Kaki Merapi, 21 Agustus 2011
Ilustrasi gambar adalah lukisan karya Lim Sahih
digunakan bukan untuk tujuan komersial
yang kau tebar lewat desau
kerjap matamu berkerling dengan rembulan
mengundang rasaku merenjana
sepertinya malam tengah bersetubuh dengan hasratku
karna setiap bulir darahku meletupletup
bak terjerang di titik didih
dan setiap simpul syaraf menggeletar saling tindih
Duhai kekasih,
angin diamdiam datang membentangkan rentang
maka rinduku kembali pada dedaunan tergantang
tersisa kerlingmu perlahan melenggang
hilang
Duhai kekasih...
Kaki Merapi, 21 Agustus 2011
Ilustrasi gambar adalah lukisan karya Lim Sahih
digunakan bukan untuk tujuan komersial
Langganan:
Postingan (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...