Jumat, 07 Januari 2011

Mati Telah Mati


Pong Hardjatmo pernah berkata tentang kalian:
"Bicara sudah nggak didengar, menulis nggak didengar..."
Kalian bertandang ke mana-mana, kalian bicara dengan siapa-siapa
tanpa jiwa
tanpa telinga

Jeritan kami tak lagi menghasilkan suara
karena derita
kemiskinan tlah kalian ubah
menjadi sekedar angka
mulut anak-anak kami menganga
tubuh-tubuh kami menggelepar tak mampu menjangkau harga
Kalian tetap berkata-kata, "Alangkah indahnya negri kita."
jiwa telah mati
hati telah mati
bahkan matipun telah mati
karna sunyi tlah menjadi belati
merobek banyak hati.


Lereng Merapi, Januari 2011.

Rabu, 05 Januari 2011

Senja di Pelupuk Mata


Kekasih, senja di pelupuk mata
mengayun hati kita bernada
rumpun bunga berdansa bersama senandung
angin pada jiwa kita
Jemari kita saling bertaut
mengalirkan getar
melambaikan pucuk dedaunan
mendesahkan rindu tanpa musim
Kau dan aku
adalah kita tanpa kata


Jogja, Jan 2011

Selasa, 04 Januari 2011

Segumpal Kertas


Teronggok segumpal kertas kumal
di sudut ruang
dia menggigil
karna hujan tak usai bergemuruh
mencumbui bumi
pias
tintanya meleleh
terserak di lantai
menjadi kata-kata
luka
darah
nanah

Jiwa-jiwa menggumpal kertas teronggok
di sudut-sudut ruang
bergeriap disundut api ketidakpastian
terkoyak
luka
berdarah
bernanah

Segumpal kertas kumal
menggumpal jiwa-jiwa merana
di sudut-sudut ruang
alam tak lagi berpihak pada mereka
karena ditelikung keserakahan penguasa
terkoyak
terluka
berdarah
bernanah



Lereng Merapi, Januari 2010

Senin, 03 Januari 2011

ENGKAU


Engkau berdiri antara langit dan bumi
terentang kedua tangan
bak menyambut alam
wajahmu penuh daki perjalanan
hidup
melelahkan
sekujur lukamu pernah membasuh
perih jiwa
tetes peluhmu pernah menggumpalkan
damba pada hati
merana


Aku tersungkur
pada tanah basah airmata
oleh berjuta doa
semata raga
Kata tobat bergulir di bibir
menguap disergap senja
jiwa
pada ujung simpang ini
tak kudapat jawab
atas tobat yang seringkali hinggap
hanya sekelebat
maka luka jiwa tak lagi sanggup mendamba surga

Engkau berdiri antara langit dan bumi
masih juga tobatku terkulai


Lereng Merapi, Januari 2010

Renjana II


Terkadang tanyaku tertelan kosong
pada hadirmu serupa bayang di sudut
batinku yang remang
Pernah kau tuang anggur pada bilah
cawanku yang kusam
dan kuhirup aroma renjana dari gigir malam
aku menggigil
melayang

Potret bayangmu masih terpajang
pada detak nadi yang mengejang
mengiang dalam telinga dinding yang
tak mau usang
Desah angin membisik di kepala
"Rindumu pada bayang
serupa renjana di taman terlarang."



Lereng Merapi, Januari 2010

Minggu, 02 Januari 2011

Bayang Pelangi


Tiba-tiba kau datang menyapaku dengan rasa
mengusik rimbaku yang mulai perawan
ulurkan tanganmu,
berbagai macam burung di rimba dadaku
berkicau menyambutmu

Tiba-tiba kau memudar
seiring kerontang yang menghilang
mungkin hadirmu adalah leret pelangi
pada sebidang cakrawala batinku
menguap
terurai matahari senja
dan sisa tak lagi membekas
hanya potret pergumulan kita
terpajang di dinding sukma



Lereng Merapi, 1 Januari 2010.