Rabu, 01 Desember 2010

Di Selasar Mimpi

Remukkan hatiku
seperti kala kau luruhkan kuncup angan
terkulai layu
sebilah katamu adalah bulir-bulir pasir
berderak di relungku

Di simpang itu hadirmu menyapaku
tiba-tiba matahari enggan berbagi dengan senja
aku tergagap dan kelu
luruh pada kemilau lembut pesonamu

Waktu adalah panah membelah udara
di sana, di selasar mimpi kau berdiri
membawa setangkup mawar berhias belati
yang harus kusematkan di dasar hatiku
yang paling sembunyi
engkau hadir sebagai bunga
dengan sari yang tlah terbagi

Puisi kita robek dan terburai
oleh belati sunyi


Lereng Merapi, awal Desember 2010

Selasa, 30 November 2010

Padamu Negri

Merah padam negri ini
oleh para pencuri di gedung-gedung tinggi,
di rumah-rumah suci,
dan para kuli berdasi.

Nyanyian korupsi menjadi paduan suara wajib
perselingkuhan administrasi menjadi tradisi
siapa tak mau berbagi, dia akan merana sendiri


Merah padam negri ini
oleh penyanyi sumbang di gedung perjuangan
demi recehan uang
oleh badut-badut yang menjejalkan isi negri pada perut
oleh para pendekar yang terkapar demi lembar-lembar


Merah padam negri ini
oleh akademisi yang hanya berkutat dengan mimpi pribadi
oleh mereka yang hanya berkata-kata
oleh kami yang hanya bisa berpuisi


Negri ini tlah kehilangan hati.




Jogjakarta, awal Desember 2010

Aku Mati

Gemetar remukku karna bayangmu
dalam desah cumbu dan lenguh renjana
antaramu dan dia
aku tiba-tiba mati
karna hujam duri pada bunga angan
robek
layu
luruh
merana
aku mati ......


Jogja, awal Desember 2010