Rabu, 23 November 2011

Pagi

kubuka pintu rumah pagi ini
ada hembus di wajahku
aku tahu, pasti kau sedang kirimkan senyum lewat angin
maka kupentang daundaun rindu
sambil kusapu lukaluka yang mendebu di lantai

kuhirup dalamdalam kulum dan kerlingmu
kusimpan baikbaik di tiaptiap ruang rasa
agar sehari nanti tak kurasa dahaga


Kaki Merapi, 23 November 2011

Minggu, 20 November 2011

Sembilu Abadi

Mungkin kau tak mengingatnya lagi
gemeretak pikuk yang pernah kita titi
hiruk penuh liuk
pergumulan rasa menorehkan catatan pada udara yang kita hirup
sebagian kutanam di bebatuan agar tetap abadi

mungkin kau tak lagi tahu
bahwa kelam melumurkan sajaksajak ngilu
ketika persetubuhan hujan lentikkan deru
ada yang memantik dari gerai rambutmu
ada yang mengusik dari geriap tubuhmu

bawakan setangkup duka yang dulu pernah menghias doa
biar kuiris jerami memori dan kutebar di rerumputan basah
tempat persetubuhan basah
:karam

pernah kubawa denting hati
angin tlah mencurinya dan mengalunkan
di dindingdinding jurang
gaungnya adalah koyak hasrat, cinta sia
pernah kukemas kerling rindu dari sudut yang paling relung
burungburung menyergap dan menghujamkan pada kelam
burainya adalah serpih luka

getar ini sembilu abadi


Kaki Merapi, 21 November 2011

Di Ladang Jagung

Mengalir saja fikirmu seperti arus di kedalaman
meski kadang potongan pohon dan akar membuat riak di dada
aruskan jemarimu menitikkan noktahnoktah agar sepi sembilu yang mengiris angin
tak perlu hitung berapa sesah tlah bawa sesak pada ruas nadi
saat daundaun berderak karena kerut mengerak

ladang jagung riapkan kesat aroma telanjang
kelat desau di segenap jalin syaraf
:derak
berikan titiktitik gelinjang padaku sampai ruah ekstasiku
lunglai oleh senyum asing membelai
dan jagung siap dituai
karna tlah masak segala hasrat

hitung menjadi belenggu bagi luasa tapak menjejak
terlalu banyak perca terserak
sulitnya kembali rangkai nada
gerai hati tinggal untai yang tetap urai


Kaki Merapi, 20 November 2011

Jemari Kita Tak Lagi Melukis Awan

Pada jejak langkah kutuliskan catatan kita
ruah pada jalanjalan ingatan
kususun satusatu di cangkir;
tempat kita menyruput rindu

sisihkan dulu beku pesisir hati
biarkan arak gelombang mencumbui pantai
tempat dulu kita berbagi sunyi
hanya nafas saling melumat
dan degup dada saling berkejaran
berselimut debur laut

tak perlu tanya kemana perahu melaju
kita layarkan saja angin sesukanya
dan kita menungganginya
buihbuih samudra adalah bulirbulir rindu
yang tak pernah usang
meski kita tlah berbincang panjang

di sini
jemari kita tak lagi melukis awan


Kaki Merapi, 18 November 2011