Senin, 23 Agustus 2010

Sepenggal Rindu

Kuhirup manis bau tubuhmu
dan berpendar dalam percikan-percikan
kilat menyelubung pikiran
dan rasaku
Kukecup geliat tubuhmu
menggelinjang tegang meregang angan-angan
menangkup segala keinginan
dan membuncah basah sekujur hasratku
Pelan langkah jari telusuri getar hati
dalam gelora yang tak pernah mengenal senja
walau panah sang waktu melesat merenggut hasrat
dan lembayung mulai mengambang
tak pernah lekang dahagaku tuk menuai rindu.


Jogja, Mei 02

Langitku

Engkau melucu pada dunia yang tengah gagap karena geriap hasrat yang belum pernah lengkap,
sementara beribu mimpi disekitarmu menantang rengkuhan pada pijar matamu.
Coba gosok lebih dalam gigimu, anakku,
tapi jangan sampai mengalir darah dari luka semesta yang ingin menciummu;
maka gigimu akan semakin memutih
menguliti jiwa dan tubuh kami yang tlah tebal oleh kutukan debu keinginan.
Di salah satu gigi mungilmu ada sepotong bercak, mungkin sisa
potongan tahu atau yang lain yang dibuang
oleh bayangan kelam di sudut taman rumput yang kemarin kita injak
dengan gembira.

Aih, luapan dunia pada raut wajahmu melenaku dalam sayap-sayap kemurnianmu, Langitku.


Jogja, akhir agustus 2010