Rabu, 31 Mei 2023

HUJAN PAGI

 hujan pagi di musim kemarau

dan bulir padi usai dituai

aroma tanah basah

dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup

menggurat rautmu di pelupukku

selepas rinai itu

tercumbu rindu baru

padamu

ya, kepadamu


Kaki Merapi, 01 Juni 2015

Selasa, 30 Mei 2023

MASIH

 


Biarlah kurekah fajar

agar koyak kelam yang menutupi rautmu

akan kurobek kabut

agar tersibak tirai yang sembunyikan kerlingmu

biar kubelah mendung sesah

agar lengang rinai cintamu basahi kering hati

dan kuhembuskan nafasku di sela anak rambutmu

menyusupkan gairah purba


telah puncak getar geriap mendera

karna langkah di pijak goyah

penuh sudah dedaunan susupkan dingin di tiap ruasnya

hingga membeku jantungku


angin laut hadirkan bongkah kenang atas liuk tubuhmu

serupa tari cemara di desah musim

jarijari pagi tuliskan pesan di tiap embun

rindu masih merimbun


Jogja 2011

Rabu, 15 Februari 2023

Rinai Senja

Waktu itu senja mulai menyapa. Ruah sudah laut di rindu sosokmu, teteskan sungai koyak pada hendak ketika sore itu hujan mengguyur teras kisah kita. Rambutmu jadi basah oleh percik malam yang dikandung mendung pekat, baru saja dia bergayut dan meleleh. Sore kita kuyup. "Ah, biarlah," itu katamu, sambil kau geraikan basah di hatiku. Kulihat punggung tanganmu, tergurat kisah kita dalam gambar warna-warni. Persis pelangi yang kemarin kau tanam di benakku, dan pasti tumbuh subur meski tak sempat kusiangi; karena rinai tak pernah pergi.

Kau buka pintu perlahan, menyuarakan derit di hatiku. Lalu kita berbaku kata tentang masa, tentang warna, dan tentang jalan. Kita tertawa sambil menusukkan pedih di dinding jurang, tangan kita masih bersinggungan.

"Kelak jika senja tak lagi rinai, kita bangun istana mimpi kita," begitu rajukmu. Maka kupasakkan angan di bibir saga, agar menjadi saksi janji hati. Rinai senja tak pernah pergi, mungkin ia setia terjaga agar janji hati tetap bersembunyi.


Kaki Merapi, Februari 2012