Jumat, 26 Oktober 2012

Di Ruang Tunggu Rumah Sakit

wajahwajah senja
rerumput menguning di penghujung musim
sisakan serpih bara di tiap kursi
biarkan aku oleskan madu
waktu di hatimu


RS Hardjolukito, 25 Oktober 2012

Riuh Senyap

semesta lumpuh oleh kerling melenguh
jarak pandangku mengabur
ditikam semaksemak subur
antara kau dan aku
lusuh
lantas semua meranggas
saat belum saatnya
ada yang tergagap tak lagi bicara
segalanya riuh oleh senyap


Kaki Merapi, 27 Oktober 2012

Perjalanan

pada lingkar tahun pepohon
kau tuliskan ribuan catatan ingatan
pada tanah segala musim
kau pijakkan jejak sepanjang jarak
legam
sesenyap cecap yang terhisap
lenyap yang tak lenyap

barangkali ada setumpuk harap
yang kau simpan di sudut sunyi
yang tak mau lekang
sebab sembunyi dari usang
terkadang angan tergolek
pada peraduan panjang


Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
rinai hujan itu
torehkan perih
embunkan raut
di bidang kaca ingatan
gigil menusukkan kesepian
api di tiap pori
kerinduan itu legam
jelaga di pucuk rasa


Kaki Merapi, 27 Oktober 2012

Air Kata

mengering sudah air katakata yang dulu
deras mengaliri sungai
kemarau rupanya cukup trengginas menghantarkan
belantara pada ranggas
tak ada lagi seri
apalagi pelangi

pernah jarak itu hanya catatan ukuran
dan waktu penuh dengan angan merinai hujan
jalanan berselimut segenap aroma kembang setaman
maka kita letakkan mayang di tiap perempatan
seketika jalanan hijau oleh dedaunan

catatan tak lagi berperan
ia sudah menjelaga,
legam


Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
sebatang rokok dan secangkir kopi
bercanda di kepala
maka dinding menggelontorkan ruangruang sepi
jejak catatan terpanggang matahari
menguap bersama keringat sang waktu
ingatan serupa serabut lembut
cair oleh keinginan
dan menuliskan puisipuisi agar abadi


Kaki Merapi 25 Oktober 2012