Kamis, 30 Agustus 2012

Kemarau

kulihat kemarau sudah lelah
dia rindu air susumu
pecahkan saja sumbatnya
biar mengalir kembali sungaisungai
meredam lebam bilurbilur kehidupan
dan lidahlidah tak lagi menelan ludah


Kaki Merapi, 31 Agustus 2012

Selasa, 28 Agustus 2012

Matahari Magrib

Matahari magrib
luka yang adalah luka akan terenda
kembali sediakala saat kita langitkan segenap jiwa
pada menaraNYA

Matahari magrib
senja belum tentu selalu kelam
jika saga kita tetap terjaga
di kiblatNYA


Kaki Merapi, 29 Agustus 2012

*sajak tanggapan atas sajak mas Ardi J Nugroho dgn judul yang sama*

Senin, 27 Agustus 2012

Nyekar 2012

Mama
kami datang ke peraduanmu maha sunyi
berlipat tahun rindu hanya meruah riak
biarlah arus derasnya tersimpan rapi
untuk kelak pertemuan kita di kediaman
maha abadi


Kediri, 17 Agustus 2012

Malam Nuzulul Qur'an

meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
hanya jiwa bicara
kembara pada tiap pendar maha cahaya
hanyut oleh dzikir tanpa akhir

meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
dzikirmu adalah kereta kencana
berkuda tahlil, tahmid, dan kihmad
mengarung laut ikhlas maha luas

meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
di sana lailatul qodar tersenyum
mengecupi jiwamu dengan cinta paling cinta


Kaki Merapi, 10 Agustus 2012

Belati Kemiskinan

belati itu berkilau
setajam mata elang mengintai mangsa
belati itu berkilat
serupa sinar matahari mengecup keringat:
mengoyak segala mimpi
melahirkan perih
belati itu bernama kemiskinan: murah meriah
gratis sebagai hadiah oleh penguasa serakah
kepada mereka yang membutuhkan sedekah
tumbal kehidupan yang mendewakan tahta;
darah jelata adalah anggur ternikmat ribuan tahun
untuk perjamuan pesta istana

ah, para ibu dan anak pada jarak
berkabut tebal kemelaratan
negri ini berderak
oleh jiwajiwa berkerak


Kaki Merapi, medio Agustus 2012

Tubuh

segala sesuatu adalah tubuh
apakah di bumi ini yang bukan tubuh
angin dalam genggaman pun adalah tubuh
sekejap lenyap disergap senyap:
melahirkan tubuhtubuh hening pada jarak hati
dan jarak adalah rentang anggapan
yang memunculkan nyata dan tak nyata
tubuh mulus dan molek pada jarak tertentu
hanyalah kerut retak bak tanah gersang penuh ngengat
di manakah jarak yang tepat?
maka hadirnya wajah menghadirkan celah
penuh mata
penuh koyak
penuh tanya
tubuhku dan tubuhmu
menyetubuhkan wajah alam dalam genggaman

tibatiba aku menjadi sublim
oleh jarak tubuh yang retak


Kaki Merapi, medio Agustus 2012

Biner

begitulah hidup
biner adanya
biner sejatinya
bersatuan dan berlawanan
asing satu sama lain dalam kesatuan maha karib
pincang jalan kala yang satu hilang
maka cinta menjadi nikmat
kala pedih menyayatkan luka di jejak tak bercabang:
hidup pun penuh dalam ketakpenuhan
oleh hadirnya yang asing, menyatu
karib dalam asingnya
keterasingan adalah pemenuh ruang kosong
hingga saruk jalan menegak menyambut senja batang usia
hidup tak lagi tersia

ah, akupun ingin penuh
serupa sepasang hati menari seirama dalam asingnya


Kaki Merapi, medio Agustus 2012

Sajak Saga

gelincir matahari di ranjang hari
sisakan semburat rona di jejak kaki
ada menitis di bilahbilah langit
gaung bersambung di gigir tabir, pahit

aku bermain kata dengan cakrawala
saling bertukar sajak, berbaku gurindam
katakataku meliuk, kadang senyap makna
katakatanya lurus menukik tajam, menusuk, menghujam
katanya selalu begitu,
dari waktu ke waktu
dari jaman ke jaman
edan

mari, mari buat janji
antara kau dan aku sendiri
biar aku tak lagi bikin puisi
sementara engkau mengasah belati
kita buat semburat saga menjadi saksi

"mana mungkin ada janji
antara kepastian dan keinginan," katamu
sejurus aku termangu
berkedip mata saga padaku
menyilahkan senja mulai merengkuhku

waktu tak mungkin tertipu...


Kaki Merapi, medio agustus 2012