Selasa, 19 April 2016

Pada Sebuah Ketika

yang terhampar di antara engkau dan aku
sering kau maknai sebagai waktu
sebagai jarak
sebagai ruang
seperti pagi pada malam
yang harus melewati senja
seperti embun pada sengat matahari
yang harus hadirkan kicau burung burung

bukan
bukan seperti itu
bukan demikian

engkau dan aku
dan kisah yang kita wiru*
adalah perjalanan dengan pelangi catatan kaki
jadi, masih perlukan kita bincangkan lagi
ruang, waktu, dan jarak?

bukankah sudah luluh semua dalam pertautan mata kita?
rindu yang kau selipkan di aroma bantal gulingku
dan hasrat yang tumpah di sajak bisu
telah menjadi ngilu yang demikian syahdu

masih aku punguti sisa bincang semalam
agar yang terhampar semakin pudar

tapi dingin telah menjadi saksi
bahwa sunyi yang kita tancapkan pada janji
tak lagi bisu

yang terhampar di antara engkau dan aku
adalah sebuah ketika yang riuh warna
juga jelaga

sebuah ketika
sempurna cerita


Kaki Merapi, 20 April 2016

Kamis, 14 April 2016

Paradoks Umur

tanggal satu demi satu daun waktu
dalam tubuhmu
sisakan kesegaran yang mengokoh
sekaligus melayu
paradoks keberadaan di antara ketiadaan
maka belajarlah merunduk
di situ makna hidupmu tersajikan

serupa rinai hadirkan pelangi di ufuk
dan matahari merengkuh keduanya
jejak langkah adalah liuk
tarian angsa
menuju senja
bersama segala warna
sedang catatan hidup adalah keabadian

maka torehkan tinta rasa terdalam
hingga pelangi dan tarian angsa
menjadi yang tersisa dari seluruh kenangan


Kaki Merapi 5 Maret 2016

Rabu, 30 Maret 2016

Bunga Untuk GDI

kukirim bunga untuk seluruh anggota GDI
warna warni mengukir sendratari hati
liuk gendhing swargaloka
dewa dewi dan seluruh jelata

kukirim bunga kemari
seperti hujan mengirim basah pada kerontang musim
seperti kilau embun mengantar temaram pergi
bunga paling wangi di taman imaji
untuk GDI

kukirim bunga
menjadi penanda
luka bukan segalanya



Kaki Merapi 29 Maret 2016

Mawar Hitam

setangkai mawar untukmu
merah demikian mendalam
sisakan hitam
hingga menelan bayang kita
kau dan aku
dan segenap catatan kita
di sisi mana lagi musti aku gurat
setiap noktah menjadi serpih buluh
menyusupi dinding jantung
meneteskan merah di setiap perbincangan

di palung mawar ini
kutancapkan kata-katamu
tonggak sembilu tanpa waktu
kusimpan erat pendar tatapmu
yang membakar mimpiku
dan kusembunyikan catatan ingatan
sejarah anggur yang telah bisu

di palung mawar hitam ini
ucapmu tak lebih daripada ilusi
dan kepadamu
sunyi kutempa menjadi belati


Kaki Merapi 29 Maret 2016

GDI

di muara sungai ini kita bertemu
melalui liuk perjalanan dari berbagai hulu
di segenap penjuru
sudah pula garis alam setiap kepala membawa beda
di situ sejatinya letak peraduan segala rasa
di situ juga tungku menyala
mematangkan jiwa jiwa kembara
bukan untuk mengeja perih
serupa jerit peluit memanggil sunyi
bukan pula ajang untuk membakar hangus
liuk perjalanan yang telah mangkus

di panggung pedalangan nir rupa
kelir dan pelepah melembah untuk manembah
dan para wayang bersilih peran
bukan untuk sang dalang bisa sesorah
hingga pentas berderak menawarkan resah
yang tak hendak sudah

apa yang mau dicari
sudah penuh bukan dengan ilmu mumpuni?
yang tentu tidak untuk bermegah diri
mungkin sudah pada lupa
ketika telunjuk menudingkan dengki
ke dada sendiri empat jari hujamkan benci

tak perlu lagi bertanya siapa memulai
tapi buktikan, siapa punya nyali mengakhiri
riuh pertikaian yang menjadi jadi
ia yang bertindak mengakhiri
layak disebut yang sejati
dan ia yang berkelit di balik rimbun kata
tak lain adalah jiwa yang merana


Kaki Merapi 18 Maret 2016

Lukamu Bukan Lukaku

kalian kata kami terluka
sebab kami bicara berbeda
sebab mata kami lebih terbuka
pada perih setiap hari

sesungguhnya luka itu di jantung kalian
pada jurang dan malam kalian sembunyikan
agar tak tercuri angin dan dikabarkan dedaunan
dan menjadi mala tak terperikan

sudah terlanjur topeng tanpa lubang
kalian sematkan di wajah
demi harga diri dan keyakinan
maka kata kata dipermainkan
demi menambal luka luka baru tak terhentikan

mungkin juga kalian lebih suka berdiri
tengadah di pucuk keyakinan membuta
dan tak lagi peduli
yang terjadi setiap hari di bawah kaki

aih, pada kata kata
pada jurang dan kelam malam
kalian sembunyikan luka menganga


Kaki Merapi 26 Maret 2016

Kamis, 10 Maret 2016

KUCING GARONG

kucing garong diam di sudut selokan
bau busuk bangkai bangkai berserakan
ada bangkai tikus dengan dasi lekat di tulang
ada bangkai ayam dengan pita pita menawan
sebagian masih tersengal kelojotan

kucing garong jalan jalan di selokan
mampir dia di senayan
menduduki kursi kursi mewah para raja jadi-jadian
kemudian melompat, melenting di puncak terpenting
negri yang tak pernah lagi hening

kucing garong diam di sudut selokan
semua kursi dan posisi sudah dalam genggaman
semua gedung hingga senayan dan istana sudah di tangan
siapa yang bisa melawan kucing garong
sedang anjing anjing paling ganas pun
di depannya hanya bisa bengong, ompong
oleh kursi kursi empuk yang sesunggunya kosong
haiyaa, dia kucing garong, garongnya kucing
mana mungkin malu malu kucing

kucing garong diam di sudut selokan
hari ini, makan siapa lagi tuan?


kaki merapi 09 Feb 2016