pada sujud yang entah
terkapar jiwaku pada beludru sajadah
sudah kulewatkan kesempatan
sementara kugali penyesalan demi penyesalan
duhai, lenguhku serupa hiasan
ini sajadah membungkus jerit rasaku
dari pagi hingga pagi penuh mati
samsaraku masih berjarak dengan hati
yaa Allah, sujudku masih terbagi
tinggal sejengkal lagi bulan suci berganti
kutumpahkan semua coretan gelisah
di sekujur sajadah
malam malam basah
Allah, yaa Allah...
di sajadah ini, padaMu aku rebah
kembali berkalang tanah
berharap merengkuh yang fitri
Jogja, 10 Juni 2018
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Sabtu, 09 Juni 2018
Selasa, 05 Juni 2018
di selasar rasa, ngilu bukan lagi
kisah pucuk pucuk daun
ia tereja pada basah jendela
dan batu batu mencatatnya
jejak perjalanan berbongkah permata
maka dibutuhkan belati menguliti
sebagai kawan tabuh genderang
musti ada perih mendidih
menemani geriap yang berdansa
musti ada rintih menganak sungai
agar langkah berderap menyamudera
demikian mendua menghadirkan makna
tak perlu lagi mati disergah misteri
apalagi damai berselimut mimpi.
mengalirlah, mengalirlah,
jika ada dengki
alunkan simfoni nurani
agar tak merana jiwa jiwa kembara
didekap gersang fatamorgana
kisah pucuk pucuk daun
ia tereja pada basah jendela
dan batu batu mencatatnya
jejak perjalanan berbongkah permata
maka dibutuhkan belati menguliti
sebagai kawan tabuh genderang
musti ada perih mendidih
menemani geriap yang berdansa
musti ada rintih menganak sungai
agar langkah berderap menyamudera
demikian mendua menghadirkan makna
tak perlu lagi mati disergah misteri
apalagi damai berselimut mimpi.
mengalirlah, mengalirlah,
jika ada dengki
alunkan simfoni nurani
agar tak merana jiwa jiwa kembara
didekap gersang fatamorgana
Langganan:
Postingan (Atom)