Kamis, 01 Maret 2018

Doa Doa

Aku tentu saja tidak bisa membuktikan validitasnya, tetapi aku sekarang meyakini betapa ribuan doa doa yang melangit untukku telah mengetuk pintu ilahi, hingga DIA berkenan memerintahkan malaikatNYA untuk turut campur dalam proses medis yang kujalani.

Tgl 1 Desember 2017 dini hari, hari jumat maulid nabi, benturan itu demikian dahsyat menggiriskan hati. Menghasilkan wujud muka mobil yang menyatu dengan tengahnya. Ringsek. Hancur. Aku di dalamnya.
Thian jen da ai wo, Gusti Allah masih welas, masih tresna padaku; maka tidak dihentikanNya nafasku, meski kesadaranku disimpan di dedaun pohon pohon tanpa nama.
Aku percaya, ini karena ribuan doa doa yang melangit.

Setelah beberapa kali operasi pembersihan luka, bongkar pasang jahitan, luka luka utama pun mengering. Tgl 12 januari 2018, operasi pasang pen di lengan atas dan tendon patela (lutut) kiri. Dua minggu kemudian di tgl 25 Januari 2018, operasi pemasangan pen di lengan bawah. Sebuah operasi berat sebab kondisi yang sudah terlanjur parah. Menyambung tulang tulang rompal tentu tidak sama dengan menyambung tulang patah utuh. 10 hari kemudian, sembari tertatih dan menahankan sakit, aku memulai dua kelas pertama semester genap.
Aku percaya ini semua karena ribuan doa doa yang melangit untukku.

Banyak yang bilang aku nekat, ada yang bilang aku terlalu, sebab luka luka bedah masih baru. Tetapi aku percaya ribuan doa doa yang melangit membuatNYA menjagaku. Kata orang Jawa lama, the guardian angel panjenengan tansah wungu amargi pamuji saha dedonga treping ati para sedulur tanpa wates; yingwei wo xiangxin thian jen da ai wo.

Ribuan doa doa yang melangit itu
pun membuatku berjuang
berjibaku keras
untuk kembali waras
bukan meranggas


Jogja, 20 Februari 2018


*secuil catatan hati
rasa syukur yang sulit kumengerti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUJAN PAGI

 hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...