Rabu, 06 Juli 2011

Lamunan

Tiba-tiba aku menjadi daun berenang dalam angin,
terhirup panas di alir nadi meretakkan mimpi.
Pernah kau untai kata
membuatku berkejaran dengan awan
pernah kau bisikkan desah meredam gelisah.
Aku menulis bayangku sendiri

Sepenggal ingatan menapak garis-garis mati
ada ruyak rasa tatkala titik hujan
mengukir pelangi menemani canda para awan
Butir-butir air adalah peristiwa membentang
jalan laluku;
di sana menggenang madu berhias kerikil batu
Ya, aku tersembilu

Lalu aku menjadi kata; bersemayam di kepala,
berhambur lewat lidah mengangakan luka.
Setiap huruf adalah ujung jarum
menukik syaraf rasa,
mengucurkan gigil keringat.

Lalu aku menjadi malam
tempat sunyi menghujam


Kaki Merapi, 6 Juli 2011

Selasa, 05 Juli 2011

Isra' Mi'raj

Telah ditetapkan engkau sebagai yang teristimewa
dari yang istimewa
Diberikan kepadamu cahaya sebagai pelayan
menuju Sang Tahta
setiap langit tunduk padamu
setiap langit memujamu

Kau pulang menggenggam dunia
mewariskan wasiat sakti 5 pilar utama
untuk menggapai surga
kau berikan penuh cinta
kau ajarkan dengan kasih lembut
maka bumi dan langit padamu bertelut

Wahai sang Kekasih Jiwa
sempurna cahaya yang engkau susupkan
pada alir nadiku
tuntas sudah pendar ajar menuju Tahta
yang engkau bisikkan pada setiap getar
bulu tubuhku
namun sesungguhnya aku tetap berada
pada puncak kelu
karna sujudku tak menembus angin
tak meliuk pada titik batin yang
haus sapamu
oleh debu mengental pada tiap butir keringat
yang menghujam kembali ke jantungku

Wahai Sang Kekasih Jiwa
Rindu padamu ini membawa getar gemetar pada
layang jiwaku yang kelana
isra'ku berlumut kelam pada batas tepi malam
mana mungkin aku mi'raj bahkan pada landas
tapak kakimu?
masihkan aku pantas mengagungkan sucimu
bahkan di sudut bilik batinku?


Kaki Merapi, 2 Juli 2011

Senin, 04 Juli 2011

Tak Ada Lagi

Sehelai daun melayang
menghempas hasrat di batas ambang
pada sekujur bayangmu aku terkulai
tak ada lagi
tak ada lagi

Sehelai daun melayang
terbawa angin menghilang dari jarak pandang
kembali sunyi memagutkan perih pada jantung
tak ada lagi
tak ada lagi

Aku berlari mencecerkan pasir hati
Aih, bukan, tetapi hatiku yang tercecer pergi
tak ada lagi
tak ada lagi


Kaki Merapi, 15 Mei 2011

Minggu, 03 Juli 2011

Kekasih Jiwa

Di simpang jalan itu dengan senyum kau memanggilku
wajahmu lelah namun berseri
jarak cahaya telah kau tempuh
aku ingin bersimpuh

Wahai sang Kekasih Jiwa, sosokmu memberiku teduh
saat keluh melusuh
tangan kokohmu menghembuskan belai sutra di wajahku
Termangu

Di simpang jalan itu rinduku terseok
karena debu meliat batinku
sekian waktu kujalani mengikuti
bayang jejakmu
tapi langkahku tercecer
hatiku terserak
alamku sesat
Suaramu menggema memanggilku
aku bergegas meraih meski hanya gemamu
penuh rindu
Aihh, layakkah aku merindu
sedang sambat pujaku tak menentu?


Kaki Merapi, 4 Juli 2011