menggaung Tennessee Waltz di dinding rasa
melaras getar lewat angin senyap
hadirkan denting hati tanpa nada
sepercik masa menoreh lirih kepak desah; menusuk
menggurah rongga sunyi; gelap
seperti belai asing angin pada rambutmu
sorotmu hadirkan bungkah resah
pucuk dedaunan pada hentak udara bergulir
cicit anak burung menyambut suap
kulaikan seribu kenang
alir pada tubuh tanpa irama
sekejap bening runtuh membasah ladang dada
sentakkan nada rasa dalam kecipaknya
gurat sebilah buluh
saat senyummu melayu di sana
dalam rengkuh dekap tanpa nama
Kaki Merapi, 5 Oktober 2011
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Kamis, 06 Oktober 2011
Senin, 03 Oktober 2011
Kerinduan
dik, bisakah kau ajari aku menyiangi kerinduan
ia tak kenal musim dan sama sekali tak punya rasa hormat
tumbuh dan mekar kapan saja menyemaki rongga dada
bisakah kau ajari aku menjinakkannya
sudah kusiapkan lahan subur baginya di sudut hati
di mana dia dapat leluasa tumbuh dan berbunga
aku hanya minta jangan bermain-main dengan jantungku
mengubah-ubah degupnya tanpa peduli aku kuat atau tidak
aku siap atau tidak
barangkali aku salah dan terlalu menganggap remeh
senyum yang dulu kau jatuhkan di hamparan semak sunyiku
kini lihatlah betapa cepat dia tumbuh dan membelukar
menyumbat jalan darah jalan nafas jalan akal
aku rabun disekap rimbun ranting dan daunnya
sekarat diamuk nektar madunya
dik, bisakah kau ajari aku menyiangi kerinduan ini
karena kaulah yang dulu menjatuhkannya di sini di hatiku
jba 110325
(Sajak karya Jim B. Aditya. Dsimpan disini karena aku suka banget dan sudah minta ijin yang pemilik sajak)
ia tak kenal musim dan sama sekali tak punya rasa hormat
tumbuh dan mekar kapan saja menyemaki rongga dada
bisakah kau ajari aku menjinakkannya
sudah kusiapkan lahan subur baginya di sudut hati
di mana dia dapat leluasa tumbuh dan berbunga
aku hanya minta jangan bermain-main dengan jantungku
mengubah-ubah degupnya tanpa peduli aku kuat atau tidak
aku siap atau tidak
barangkali aku salah dan terlalu menganggap remeh
senyum yang dulu kau jatuhkan di hamparan semak sunyiku
kini lihatlah betapa cepat dia tumbuh dan membelukar
menyumbat jalan darah jalan nafas jalan akal
aku rabun disekap rimbun ranting dan daunnya
sekarat diamuk nektar madunya
dik, bisakah kau ajari aku menyiangi kerinduan ini
karena kaulah yang dulu menjatuhkannya di sini di hatiku
jba 110325
(Sajak karya Jim B. Aditya. Dsimpan disini karena aku suka banget dan sudah minta ijin yang pemilik sajak)
Minggu, 02 Oktober 2011
Matahari Saga
Siput waktu tertatih melesat melebihi kilat
maka kau sua cermin yang kemarin masih
mantulkan tawa lugu kanakkanakmu
tanpa kecipak gelisah
tanpa riak resah
kau tatap cermin lekat
gelombang garam genangi kujur tubuhmu
ribu bumbu dapur tlah luruh di tiap larik nadi
didih luka
gigil lara
lautkan jelajahmu pada kedalaman alam
kau, matahari saga yang tetap terjaga
(untuk ulang tahun pak Tengsoe Tjahjono)
Yogyakarta, 3 Oktober 2011
maka kau sua cermin yang kemarin masih
mantulkan tawa lugu kanakkanakmu
tanpa kecipak gelisah
tanpa riak resah
kau tatap cermin lekat
gelombang garam genangi kujur tubuhmu
ribu bumbu dapur tlah luruh di tiap larik nadi
didih luka
gigil lara
lautkan jelajahmu pada kedalaman alam
kau, matahari saga yang tetap terjaga
(untuk ulang tahun pak Tengsoe Tjahjono)
Yogyakarta, 3 Oktober 2011
Luka Abadi
runtuh sudah atap kemanusiaan oleh cecer darah
iblis menari rancak mengecrak genang merah
sambil bersenandung luka abadi
sementara kalian sibuk bernegosiasi
sambil meneggak anggur murni
mereka berkubang airmata tak henti
karna anak, istri, atau suami yang tibatiba pergi
membawa segenap mimpi
seorang bocah kecil di sudut jalan
meringkuk tubuhnya dalam gigil hujan, gemetar
kudekati dia, matanya kosong
seolah aku tersungkur di sumur mati
kutanya dia, "mengapa kau di sini, sendiri?"
dia balik bertanya, "mengapa tuan peduli?"
maka setanpun riang menari
sambil senandung luka abadi
entah untuk siapa
Kaki Merapi, 30 September 2011
iblis menari rancak mengecrak genang merah
sambil bersenandung luka abadi
sementara kalian sibuk bernegosiasi
sambil meneggak anggur murni
mereka berkubang airmata tak henti
karna anak, istri, atau suami yang tibatiba pergi
membawa segenap mimpi
seorang bocah kecil di sudut jalan
meringkuk tubuhnya dalam gigil hujan, gemetar
kudekati dia, matanya kosong
seolah aku tersungkur di sumur mati
kutanya dia, "mengapa kau di sini, sendiri?"
dia balik bertanya, "mengapa tuan peduli?"
maka setanpun riang menari
sambil senandung luka abadi
entah untuk siapa
Kaki Merapi, 30 September 2011
Jangan Lagi Bertanya
lalu kita diam, meski riuh pikir dan hiruk hati
biar mereka saja bicara hingga buihnya mengangkasa
dan jatuh menjadi hujan katakata,
ditelan bumi
mengalir bersama air menuju samudera
tinggalkan senyap
untuk kita
sudah lelah jiwajiwa kembara
oleh keramaian semu
sekedar menjadi gincu
dan baju melapuk di sudutsudut remang
tempat berteduh sesaat tlah ditelan fatamorgana
sisakan bayang air pada samsara dahaga
lalu kita saling pandang
tanya menghilang di sepanjang panas jalanan
tak perlu kita cari di mana tanya
berkatalah
jangan lagi bertanya
Kaki Merapi, 1 Oktober 2011
biar mereka saja bicara hingga buihnya mengangkasa
dan jatuh menjadi hujan katakata,
ditelan bumi
mengalir bersama air menuju samudera
tinggalkan senyap
untuk kita
sudah lelah jiwajiwa kembara
oleh keramaian semu
sekedar menjadi gincu
dan baju melapuk di sudutsudut remang
tempat berteduh sesaat tlah ditelan fatamorgana
sisakan bayang air pada samsara dahaga
lalu kita saling pandang
tanya menghilang di sepanjang panas jalanan
tak perlu kita cari di mana tanya
berkatalah
jangan lagi bertanya
Kaki Merapi, 1 Oktober 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...