Kamis, 06 Oktober 2011

Tennessee Waltz

menggaung Tennessee Waltz di dinding rasa
melaras getar lewat angin senyap
hadirkan denting hati tanpa nada
sepercik masa menoreh lirih kepak desah; menusuk
menggurah rongga sunyi; gelap
seperti belai asing angin pada rambutmu

sorotmu hadirkan bungkah resah
pucuk dedaunan pada hentak udara bergulir
cicit anak burung menyambut suap
kulaikan seribu kenang
alir pada tubuh tanpa irama

sekejap bening runtuh membasah ladang dada
sentakkan nada rasa dalam kecipaknya
gurat sebilah buluh
saat senyummu melayu di sana
dalam rengkuh dekap tanpa nama


Kaki Merapi, 5 Oktober 2011

Senin, 03 Oktober 2011

Kerinduan

dik, bisakah kau ajari aku menyiangi kerinduan
ia tak kenal musim dan sama sekali tak punya rasa hormat
tumbuh dan mekar kapan saja menyemaki rongga dada

bisakah kau ajari aku menjinakkannya
sudah kusiapkan lahan subur baginya di sudut hati
di mana dia dapat leluasa tumbuh dan berbunga
aku hanya minta jangan bermain-main dengan jantungku
mengubah-ubah degupnya tanpa peduli aku kuat atau tidak
aku siap atau tidak

barangkali aku salah dan terlalu menganggap remeh
senyum yang dulu kau jatuhkan di hamparan semak sunyiku
kini lihatlah betapa cepat dia tumbuh dan membelukar
menyumbat jalan darah jalan nafas jalan akal
aku rabun disekap rimbun ranting dan daunnya
sekarat diamuk nektar madunya

dik, bisakah kau ajari aku menyiangi kerinduan ini
karena kaulah yang dulu menjatuhkannya di sini di hatiku


jba 110325

(Sajak karya Jim B. Aditya. Dsimpan disini karena aku suka banget dan sudah minta ijin yang pemilik sajak)

Minggu, 02 Oktober 2011

Matahari Saga

Siput waktu tertatih melesat melebihi kilat
maka kau sua cermin yang kemarin masih
mantulkan tawa lugu kanakkanakmu
tanpa kecipak gelisah
tanpa riak resah
kau tatap cermin lekat
gelombang garam genangi kujur tubuhmu
ribu bumbu dapur tlah luruh di tiap larik nadi
didih luka
gigil lara
lautkan jelajahmu pada kedalaman alam
kau, matahari saga yang tetap terjaga

(untuk ulang tahun pak Tengsoe Tjahjono)


Yogyakarta, 3 Oktober 2011

Luka Abadi

runtuh sudah atap kemanusiaan oleh cecer darah
iblis menari rancak mengecrak genang merah
sambil bersenandung luka abadi

sementara kalian sibuk bernegosiasi
sambil meneggak anggur murni
mereka berkubang airmata tak henti
karna anak, istri, atau suami yang tibatiba pergi
membawa segenap mimpi

seorang bocah kecil di sudut jalan
meringkuk tubuhnya dalam gigil hujan, gemetar
kudekati dia, matanya kosong
seolah aku tersungkur di sumur mati
kutanya dia, "mengapa kau di sini, sendiri?"
dia balik bertanya, "mengapa tuan peduli?"

maka setanpun riang menari
sambil senandung luka abadi
entah untuk siapa


Kaki Merapi, 30 September 2011

Jangan Lagi Bertanya

lalu kita diam, meski riuh pikir dan hiruk hati
biar mereka saja bicara hingga buihnya mengangkasa
dan jatuh menjadi hujan katakata,
ditelan bumi
mengalir bersama air menuju samudera
tinggalkan senyap
untuk kita

sudah lelah jiwajiwa kembara
oleh keramaian semu
sekedar menjadi gincu
dan baju melapuk di sudutsudut remang
tempat berteduh sesaat tlah ditelan fatamorgana
sisakan bayang air pada samsara dahaga

lalu kita saling pandang
tanya menghilang di sepanjang panas jalanan
tak perlu kita cari di mana tanya
berkatalah
jangan lagi bertanya


Kaki Merapi, 1 Oktober 2011