tiap saat kusiangi rimbun
yang dulu sekali kau titipkan
di selasar batinku
ia telah menjadi belantara
menghidupi jiwaku
senandungku merupa gema pagi
mencatati bulir embun di setiap nadi
namamu terpantul di sana
dan ombak menggemakan di samudera
kepada pagi aku bertelut
demi namamu yang tak pernah usai berpaut
kepada pagi aku menembang
demi cinta yang tak kenal padam
meski didera sejuta lebam
Jogja, 08 April 2018
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Sabtu, 07 April 2018
SUKMAWATI
sudah kau tusuk riuh
dengan rusuh
kata kata berkarat
dari sudut sudut sarat muslihat
memang sajakmu demikian matahari
pada perbatasan remang pagi
sekaligus kokok jago yang berderap
pada jiwa jiwa yang dipaksa lelap
duhai engkau, mengertilah
kosongmu sudah lahirkan luka
jiwa jiwa melepuh berbalut bara
orang orang kemudian menenun gelisah
duhai engkau, lihatlah
kata kata yang kau umbar
bahkan air laut pun terbakar
kau tuang angkara dari lembah lembah
Sukmawati,
tak lagi puisi kau saji
tapi belati merajam bumi pertiwi
karena batinmu kelam
berlumut dan tenggelam
dalam hitam kolam
Jogja, 03 April 2018
dengan rusuh
kata kata berkarat
dari sudut sudut sarat muslihat
memang sajakmu demikian matahari
pada perbatasan remang pagi
sekaligus kokok jago yang berderap
pada jiwa jiwa yang dipaksa lelap
duhai engkau, mengertilah
kosongmu sudah lahirkan luka
jiwa jiwa melepuh berbalut bara
orang orang kemudian menenun gelisah
duhai engkau, lihatlah
kata kata yang kau umbar
bahkan air laut pun terbakar
kau tuang angkara dari lembah lembah
Sukmawati,
tak lagi puisi kau saji
tapi belati merajam bumi pertiwi
karena batinmu kelam
berlumut dan tenggelam
dalam hitam kolam
Jogja, 03 April 2018
Langganan:
Postingan (Atom)