Aku terkapar oleh kegelisahan
oleh keraguan
oleh kepengecutan
Aku terkapar
oleh ketidakpastian ...
Yogyakarta, Januari 2011
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Rabu, 19 Januari 2011
Senin, 17 Januari 2011
Fragmen
Para katak bernyanyi gembira karena lahan
mereka berdendang ada di mana-mana
di empang, di sawah yang tlah menjadi kolam,
di rumah-rumah yang terendam.
Lampu jalanan banyak yang temaram
di sudut sana sosok-sosok bersliweran
entah lelaki
entah perempuan
bergantian memekikkan kenikmatan
karena didera penderitaan.
Anak-anak kecil berlarian
tertawa dalam hujan
berlomba cepat renang pada air setinggi dada
di tengah kampung mereka
para lelaki bertengger di atap genteng
sambil mengepulkan asap
ketidakpastian hidup ke depan
Di sudut cermin petani membisu
tlah habis kata
tlah habis airmata
sawah kembali menjelma telaga
Di tepi-tepi sepi
di rumah-rumah sunyi
orang-orang memanja renjana
tak perduli
melahirkan mulut-mulut baru penuh luka menganga
Di gedung-gedung tinggi
orang-orang tertawa berpesta
selangkah di balik dinding mereka
orang-orang melompat
menghantam lantai bawah dengan kepala
dakkk!!!
senyap
Lereng Merapi, Januari 2011
Puisi Ini Tertatih Mencari Makna
Puisi ini, tertatih mencari makna. Siapa yang berlari-lari tersengal mengejar cabe dan kawan-kawannya yang menggantung di layang-layang, dimainkan anak-anak alam. Nafas-nafas tersekat di tenggorokan, jerit tanpa suara menyisakan nganga mulut melompong. Kosong. Berpuluh juta tubuh gemetaran dengan tulang gemeretak oleh beban yang semakin mendera. Jiwa dan raga.
Sekelompok orang berdebat dengan senyum dan mata bercahaya, “Angka tlah bicara, semua semakin membaik. Bukankah ini indah?”
Puisi ini, tertatih mencari makna.
Lereng Merapi, Januari 2011
Lelaki Tua
Kau rebahkan penatmu pada bebatuan
kau sandarkan lenguhmu pada pucuk dedaunan
matahari baru saja usai berkelana
mereguk tetes peluh dari tubuhmu
senyap bersabung di jiwa
sesak bergulung di rongga dada
Bumimu bergetar menumpahkan rindu
pada perubahan
langitmu gemeretak
peluhmu memerah
penatmu tak usai
lenguhmu menjadi lolong srigala
kesepian
Engkau lelaki tua
ditelan bebatuan jalanan.
Lereng Merapi, Januari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...