Aku berjalan-jalan, menghitung kenangan
Jalanan berliku, bercabang tak berkembang
Ada yang mencekat tenggorokan
Riuh kembara pada simpang-simpang ingatan
Kaki Merapi, Februari 2011
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Rabu, 02 Maret 2011
Selasa, 01 Maret 2011
MERADANG
Kenapa kau mengejarku
menyelimutiku dengan hantu
bukankah sudah kulempar kau
pada keranjang sampah di kaki langit
bukankah sudah kubenamkan kau di dasar benua
masih saja kau susupkan hantu di kepalaku
masih juga kau sisipkan buluh di jantungku
Meradang aku
Kerlingmu serupa kuku elang mencengkram dahan
Senyummu membangkitkan seribu dendam
Kau, bayangan yang tak mau berlalu
Meradang aku
Kaki Merapi, Februari 2011
menyelimutiku dengan hantu
bukankah sudah kulempar kau
pada keranjang sampah di kaki langit
bukankah sudah kubenamkan kau di dasar benua
masih saja kau susupkan hantu di kepalaku
masih juga kau sisipkan buluh di jantungku
Meradang aku
Kerlingmu serupa kuku elang mencengkram dahan
Senyummu membangkitkan seribu dendam
Kau, bayangan yang tak mau berlalu
Meradang aku
Kaki Merapi, Februari 2011
Minggu, 27 Februari 2011
Kucoba Bicara
Kucoba bicara pada sekelebat
binar matamu yang kelabu
tapi segumpal pasir teronggok di tenggorokan
kumuntahkan bersama darah yang tak sempat
mengalir nadiku
tapi ribuan jarum menyapaku
serupa perempuan kematian anaknya
Maka kubiarkan redupmu berlalu
sambil menggenggam setengah nafas
yang selama ini rapat kusimpan
di brankas mimpi
Sempat kuketuk pintu kenangan
tiba-tiba menyergapku
buku-buku jariku membiru
menyisakan bengkak pada hati koyak
Maka kutitipkan doa dan sesal
pada kidung tanpa nada
Buah kita di kepalaku terus menggoda
menyiramkan pasir tajam pada aliran nadi
menusuki jantung
Aku gagap pada anganku
sementara kau di sana mungkin sedang menabur garam
pada luka hatimu sendiri
Kaki Merapi, Februari 2011
binar matamu yang kelabu
tapi segumpal pasir teronggok di tenggorokan
kumuntahkan bersama darah yang tak sempat
mengalir nadiku
tapi ribuan jarum menyapaku
serupa perempuan kematian anaknya
Maka kubiarkan redupmu berlalu
sambil menggenggam setengah nafas
yang selama ini rapat kusimpan
di brankas mimpi
Sempat kuketuk pintu kenangan
tiba-tiba menyergapku
buku-buku jariku membiru
menyisakan bengkak pada hati koyak
Maka kutitipkan doa dan sesal
pada kidung tanpa nada
Buah kita di kepalaku terus menggoda
menyiramkan pasir tajam pada aliran nadi
menusuki jantung
Aku gagap pada anganku
sementara kau di sana mungkin sedang menabur garam
pada luka hatimu sendiri
Kaki Merapi, Februari 2011
Sesalku
Kembali hadirmu menyentuh sudut pikirku
membawa sentak pada kenangan
hati penuh darah
Sapaku padamu serupa garam pada samudera
menyisakan angin pada belantara hampa
semestinya belum kering luka renjana
Aku bergelut dengan bayang
terbentur pada dinding maya, hilang kata.
Wahai engkau yang mencengkram alamku
sekalian hujamkan aku pada cadas beku
karna doa dan sesal membatu
remuk berkerikil menggores sekujurku
Wahai engkau yang menggumpalkan hasratku
dan empu buah darahku
senyapmu hadirkan kembali bongkah sesalku
tanpa waktu…
Kaki Merapi, Februari 2011
membawa sentak pada kenangan
hati penuh darah
Sapaku padamu serupa garam pada samudera
menyisakan angin pada belantara hampa
semestinya belum kering luka renjana
Aku bergelut dengan bayang
terbentur pada dinding maya, hilang kata.
Wahai engkau yang mencengkram alamku
sekalian hujamkan aku pada cadas beku
karna doa dan sesal membatu
remuk berkerikil menggores sekujurku
Wahai engkau yang menggumpalkan hasratku
dan empu buah darahku
senyapmu hadirkan kembali bongkah sesalku
tanpa waktu…
Kaki Merapi, Februari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...