Rabu, 19 Desember 2012

kering tlah gemeretak
tapi hujan tak punya daya hentak
seperti alir rasaku padamu
kadung ranggas disilau waktu
tanpa kutahu


Kaki Merapi, 10 Desember  2012

Selasa, 18 Desember 2012

Daddy

Daddy...
the candle is thee,
sparkling in the gloom of my heart
in me thou shall ne'er be apart

I miss the moments we shared dusk
thou painted the sky with rainbow
and when to thee I could not hold to ask
thou said, "This is the path you'll have to go."

Kaki Merapi, 19 Dec 2012

Senin, 17 Desember 2012

Kabut

Malam ini kabut
nyanyi jengkerik menerobos selanya
temaram lampu jalan
sunyi sedang gelisah...

kabut di kepalaku
bulan tak mampu menyibaknya
langkahku buta
gelisah ku sunyi


Yogya, 10 dec 2012

*sajak kolaborasi Pram - Ika Tidariani

Minggu, 16 Desember 2012

rasaku di biru laut cintamu
adalah angin hening
di selasar ruang tunggu
mari, kita berlayar di senja bening
Yogya, 14 des 2012

Rabu, 28 November 2012

Palestina /2

1/
mejameja besar berhias jas dasi
batu dan peluru
tetaplah nafas dan bau tubuh

2/
matahari abadi
menyiangi rerumputan peluru
erang dan rintih
nasi di setiap meja

3/
matahari begitu perkasa
memanggang darah yang tlah lelah
di atas meja tanah suci terbagi-bagi
menu lezat media negri

4/
doa dan serapah
berkawan roti dan air
dari pagi sampai pagi
benih benci di sunsum generasi

5/
membayang raut para nabi
di tanah-tanah terinjak mati
suara mereka sunyi
terpenjara kelam palung hati

Selasa, 27 November 2012

Kabar Hujan

baru saja hujan bawa kabar
tanah tempat kita dulu berbagi gundah
rindu lenguh dan desah kita
dan aroma renjana

sudah berapa musim kita tak pulang
banyak cahaya menyilaukan mata
banyak debu mengaburkan jarak pandang
maka lupa kita jalanjalan

biarlah kukatakan pada hujan
bahwa kita masih diradang keriuhan
(dan tahukah kau)
hujan pun meneteskan airmata


Kaki Merapi, 27 November 2012

Rabu, 21 November 2012

Palestina

1/
peluru berdesingan di kepala
asap mesiu sesak segala dada
tubuhtubuh terserak tak lagi utuh
di kuburan dangkal puing runtuh
mimpi usai sebelum penuh

2/
pinjam sebentar catatanmu
bukankah damai yang kaujanjikan
ada di situ
atau barangkali malaikat lupa
menuliskannya

3/
ini tanahku, tanah nenek moyangku
lantas siapakah ku?
sebab telah lama padam lelampu
dan gulita masih saja bisu
kecuali erang dan rintih

4/
orangorang membangun pabrik kembang api
sorai pada letupletup maut
pesta tahun baru tak pernah usai
seperti darah mereka tak henti menyungai di jalanan
damai
sepertinya ada yang sengaja mencuri

5/
Gaza bermandi bara
malam penuh anakanak petir
rambutnya menguap
gigil
para lelaki berjajar sangkur dan bedil
para wanita menampi doa mengharap fajar


Kaki Merapi, 22 November 2012

Selasa, 20 November 2012

November di Gigil Rindu

aih, kerinduan bulan november
gigil dingin dan kabut
dedaunan basah dan angin angkuh
kesah wajahmu dan semerbak tubuhmu
adalah sembab pagi yang kujumput
adalah secangkir kopi malam yang kusruput
dalam-dalam
dalam-dalam
sebab waktu dan rindu tlah membuka pintunya lebar
maka mari kita masuk
tanpa perlu lagi mengetuk



Yogyakarta, 21 November 2012

Elegi Negriku

tanahku membara gelegak
sebab hujan berebutan dari pagi hingga pagi
sementara para hati gigil gemeretak
sebab tak lagi tumbuh pohon empati
apalagi kasih

di sini carut, di sana marut
di sini teracung parang dan badik
di sana senapan-senapan membidik
riuh jerit dan teriak erang melaut
siapa bertanya tentang kasih

kemarau baru saja beranjak pergi
orang-orang berteguh memeluknya
sebab hujan dan dingin mulai melantunkan elegi
dan berderak segala pintu negri
di sini dan di sana, di mana-mana


Kaki Merapi, 21 November 2012

Senin, 05 November 2012

rindu ini menggigitku
sisakan lebam tak mau pergi oleh pagi
kirimkan kerlingmu kembali
biar aku tak lagi menunggu waktu
 Yogyakarta, 6 November 2012

Rabu, 31 Oktober 2012

Sembunyi

jadi kau ingin sembunyi?
baiklah, biar kugali waktu dalam-dalam
dan kau boleh susupkan semua ingatan
jangan tanya sampai kapan


Kaki Merapi, 20 Oktober 2012

Jumat, 26 Oktober 2012

Di Ruang Tunggu Rumah Sakit

wajahwajah senja
rerumput menguning di penghujung musim
sisakan serpih bara di tiap kursi
biarkan aku oleskan madu
waktu di hatimu


RS Hardjolukito, 25 Oktober 2012

Riuh Senyap

semesta lumpuh oleh kerling melenguh
jarak pandangku mengabur
ditikam semaksemak subur
antara kau dan aku
lusuh
lantas semua meranggas
saat belum saatnya
ada yang tergagap tak lagi bicara
segalanya riuh oleh senyap


Kaki Merapi, 27 Oktober 2012

Perjalanan

pada lingkar tahun pepohon
kau tuliskan ribuan catatan ingatan
pada tanah segala musim
kau pijakkan jejak sepanjang jarak
legam
sesenyap cecap yang terhisap
lenyap yang tak lenyap

barangkali ada setumpuk harap
yang kau simpan di sudut sunyi
yang tak mau lekang
sebab sembunyi dari usang
terkadang angan tergolek
pada peraduan panjang


Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
rinai hujan itu
torehkan perih
embunkan raut
di bidang kaca ingatan
gigil menusukkan kesepian
api di tiap pori
kerinduan itu legam
jelaga di pucuk rasa


Kaki Merapi, 27 Oktober 2012

Air Kata

mengering sudah air katakata yang dulu
deras mengaliri sungai
kemarau rupanya cukup trengginas menghantarkan
belantara pada ranggas
tak ada lagi seri
apalagi pelangi

pernah jarak itu hanya catatan ukuran
dan waktu penuh dengan angan merinai hujan
jalanan berselimut segenap aroma kembang setaman
maka kita letakkan mayang di tiap perempatan
seketika jalanan hijau oleh dedaunan

catatan tak lagi berperan
ia sudah menjelaga,
legam


Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
sebatang rokok dan secangkir kopi
bercanda di kepala
maka dinding menggelontorkan ruangruang sepi
jejak catatan terpanggang matahari
menguap bersama keringat sang waktu
ingatan serupa serabut lembut
cair oleh keinginan
dan menuliskan puisipuisi agar abadi


Kaki Merapi 25 Oktober 2012

Selasa, 16 Oktober 2012

Aku Cemburu

entah desah mana menggiring kata pada tatap
dan baku tawa
kisah menyungai di musim hujan
terik sempat membarakan geliat terpendam
sesaat, pelan
tapi layang debu siramkan api hati
perlahan mati
ditikam belati
keraguan

kau dan aku
berlumur senyum dan kerling tajam
saling mendekap gamang

seperti tercatat pada uraturat jalan
waktu tak pernah berkawan
dia melaju dalam diam
dalam bisu dinding yang menyeringai curiga
menelan seluruh kisah
sisakan sepi membasah

ah, aku cemburu pada embun di daun
berbaku kerinduan


Kaki Merapi, 13 Oktober 2012

Aroma Hujan Pertama

aroma hujan pertama di desa
siapa mampu guratkan kata
setelah terik berbilang purnama merajalela
tanah setengah basah uapkan dahaga dibakar masa

dedaun tembakau saling gurau angsurkan senyum pada awan
setulus hampar bidang langit
maka ruang cumbu embun pada daun tak lagi sempit
alirkan buncah pada gairah di tiap peraduan

dedaun tebu menegak hijau
menghirup penuh berkah langit sambil bergurau
sepertinya mereka tengah bersenandung menari
menandai musim berganti

aih, tanah rekah berdebu mulai kuyup gemulai
mengundang para tani dengan cangkul melambai

aroma hujan pertama di desa
ah, siapa mampu guratkan kata


Kaki Merapi, 12 Oktober 2012

Kamis, 11 Oktober 2012

Pagi tadi angin bergegas sodorkan senyummu
setelah semalam sepasang mata kisahkan rindu
masih terbaca jelas jejaknya di kaca jendela
bersama rinai dari hatimu
sayup
tak pernah senyap



Yogyakarta, 11 oktober 2012

Selasa, 02 Oktober 2012

duhai
tak bisa lagi kubuat pemisah
antara harap dan gelisah
sebab mereka memberi sayat yang sama di tiap bilah
sengilu senyap percik api

setiap detik menjadi jarum
mencatatkan resah sesepi goresnya
waktu tak bercerita apapun
hanya alirkan sesah dari lubang hitamnya
menjadi elang sayap patah

kucatat puisi pagi pelipur diri
bahwa rebahmu hanya sepanjang desah
bukan alir air yang tak henti membasah
cukuplah sekejap kerjap malam di lekuk tirai

duhai
pasrah semestinya buah yang kutuai


Kaki Merapi, 2 Oktober 2012

Kamis, 06 September 2012

....

sudah tertulis di dedaun sejarah
siang malam tak lagi berzirah
waktu kembali meranggas
antara kau dan aku


Kaki Merapi, 6 September 2012

Selasa, 04 September 2012

Kuronce Kembang

sudah kuronce kembang banyak warna ini untukmu
biar dia jadi pelangi dan indahmu tak lagi terkata
jangan lagi kau tuang tinta
agar kelam tak lagi merindu


Kaki Merapi, 4 September 2012

Minggu, 02 September 2012

SAMPANG

di tiap sudut dada bedug bertalu
siapa yang tahu
itu suara setan atau malaikat
sebab semua sudah pekat
bertimbun seluruh gairah melumat

ujung jari menjadi sakti
terlumur darah yang tak pernah terbukti


Kaki Merapi, 3 September 2012

Kamis, 30 Agustus 2012

Kemarau

kulihat kemarau sudah lelah
dia rindu air susumu
pecahkan saja sumbatnya
biar mengalir kembali sungaisungai
meredam lebam bilurbilur kehidupan
dan lidahlidah tak lagi menelan ludah


Kaki Merapi, 31 Agustus 2012

Selasa, 28 Agustus 2012

Matahari Magrib

Matahari magrib
luka yang adalah luka akan terenda
kembali sediakala saat kita langitkan segenap jiwa
pada menaraNYA

Matahari magrib
senja belum tentu selalu kelam
jika saga kita tetap terjaga
di kiblatNYA


Kaki Merapi, 29 Agustus 2012

*sajak tanggapan atas sajak mas Ardi J Nugroho dgn judul yang sama*

Senin, 27 Agustus 2012

Nyekar 2012

Mama
kami datang ke peraduanmu maha sunyi
berlipat tahun rindu hanya meruah riak
biarlah arus derasnya tersimpan rapi
untuk kelak pertemuan kita di kediaman
maha abadi


Kediri, 17 Agustus 2012

Malam Nuzulul Qur'an

meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
hanya jiwa bicara
kembara pada tiap pendar maha cahaya
hanyut oleh dzikir tanpa akhir

meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
dzikirmu adalah kereta kencana
berkuda tahlil, tahmid, dan kihmad
mengarung laut ikhlas maha luas

meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
di sana lailatul qodar tersenyum
mengecupi jiwamu dengan cinta paling cinta


Kaki Merapi, 10 Agustus 2012

Belati Kemiskinan

belati itu berkilau
setajam mata elang mengintai mangsa
belati itu berkilat
serupa sinar matahari mengecup keringat:
mengoyak segala mimpi
melahirkan perih
belati itu bernama kemiskinan: murah meriah
gratis sebagai hadiah oleh penguasa serakah
kepada mereka yang membutuhkan sedekah
tumbal kehidupan yang mendewakan tahta;
darah jelata adalah anggur ternikmat ribuan tahun
untuk perjamuan pesta istana

ah, para ibu dan anak pada jarak
berkabut tebal kemelaratan
negri ini berderak
oleh jiwajiwa berkerak


Kaki Merapi, medio Agustus 2012

Tubuh

segala sesuatu adalah tubuh
apakah di bumi ini yang bukan tubuh
angin dalam genggaman pun adalah tubuh
sekejap lenyap disergap senyap:
melahirkan tubuhtubuh hening pada jarak hati
dan jarak adalah rentang anggapan
yang memunculkan nyata dan tak nyata
tubuh mulus dan molek pada jarak tertentu
hanyalah kerut retak bak tanah gersang penuh ngengat
di manakah jarak yang tepat?
maka hadirnya wajah menghadirkan celah
penuh mata
penuh koyak
penuh tanya
tubuhku dan tubuhmu
menyetubuhkan wajah alam dalam genggaman

tibatiba aku menjadi sublim
oleh jarak tubuh yang retak


Kaki Merapi, medio Agustus 2012

Biner

begitulah hidup
biner adanya
biner sejatinya
bersatuan dan berlawanan
asing satu sama lain dalam kesatuan maha karib
pincang jalan kala yang satu hilang
maka cinta menjadi nikmat
kala pedih menyayatkan luka di jejak tak bercabang:
hidup pun penuh dalam ketakpenuhan
oleh hadirnya yang asing, menyatu
karib dalam asingnya
keterasingan adalah pemenuh ruang kosong
hingga saruk jalan menegak menyambut senja batang usia
hidup tak lagi tersia

ah, akupun ingin penuh
serupa sepasang hati menari seirama dalam asingnya


Kaki Merapi, medio Agustus 2012

Sajak Saga

gelincir matahari di ranjang hari
sisakan semburat rona di jejak kaki
ada menitis di bilahbilah langit
gaung bersambung di gigir tabir, pahit

aku bermain kata dengan cakrawala
saling bertukar sajak, berbaku gurindam
katakataku meliuk, kadang senyap makna
katakatanya lurus menukik tajam, menusuk, menghujam
katanya selalu begitu,
dari waktu ke waktu
dari jaman ke jaman
edan

mari, mari buat janji
antara kau dan aku sendiri
biar aku tak lagi bikin puisi
sementara engkau mengasah belati
kita buat semburat saga menjadi saksi

"mana mungkin ada janji
antara kepastian dan keinginan," katamu
sejurus aku termangu
berkedip mata saga padaku
menyilahkan senja mulai merengkuhku

waktu tak mungkin tertipu...


Kaki Merapi, medio agustus 2012

Kamis, 02 Agustus 2012

Pernah

pernah kucoba tulis rasa yang gelayut di ruasruas hati
tak bisa kutemui huruf untuk mengawali
maka kugumamkan pada angin
serupa kembang kusisipkan di hatimu yang dingin

pernah pula coba kugambar ronamu
tak juga kudapati titik awal yang satu
maka kubisikkan saja pada mimpi malam
biar terpatri sendiri di sluruh sadarku terdalam

pernah kau tanya tentang cinta
sungguh aku penuh di dada dan riuh di kepala
tetapi katakata sudah menyerah pada senyap
bahkan desahpun sudah jauh terlelap

duhai, tidakkah kau tahu
sesungguhnya cinta ini dirimu
yang tak pernah henti di dada meletup
walau hanya satu degup


Kaki Merapi, 3 Agustus 2012

Rabu, 01 Agustus 2012

Lamunan

suara jengkerik bersautan
kuhitung satusatu
kelam mengejekku
kusambit dia dengan lenguh
berjatuhan buah gundah di dedaun lusuh
senyap memungut pendarnya
bergelincir dalam keringat sesah

satusatu butir rekah kurekat
tetapi asa digumul resah
malam tertatih
matahari enggan berpindah
waktu serupa siput
lelap dalam mimpi mentah


Kaki Merapi, 1 Agustus 2012

Sajak Untuk Zeby


sosokmu adalah peluru hidup menembusi rasa
dan kau mengerling
debar menggeletar
titiktitik pori muaikan hasrat

kala menggelinding denganmu
lekuk jalan menjadi gelinjang
liuk jalan menjadi geliat berdesah
dan memacumu
bak renjana gelegakkan darah

menatapmu dalam diam
geriap senyap pada hasrat terurai malam
maka biarlah belai mesra kita
lahirkan buah rindu tak berkesudahan
rasa melayang di awan


Kaki Merapi, 27 Juli 2012

Senin, 30 Juli 2012

Lelaki Berkawan Kabut

lelaki itu berkawan kabut
waktu kembali berjelaga
sementara buku jarinya mulai berbincang
dengan garisgaris waktu

hidup hanyalah satu berlimpah mata
melingkar, menekuk, melempang, menyudut
riung pada yang tak pernah sujud
dia tersenyum, entah pada siapa

bocahbocah telanjang bermain air, pasir, dan lumpur
tulangtulang mereka tengah berbincang dengan angin
apa adanya,
selalu begitu
selalu jujur

lelaki itu berkawan kabut
dan bocahbocah belum mengenal kerut


Kaki Merapi, 21 Juli 2012

Katakata

aku tersedak pada kerling anakanak telanjang
gigi mereka mengilaukan matahari sejati
warna yang mulai tersaput kabut geriap
riuhnya katakata kuasa

lembayung masih berwarna sama
pun angin yang tercecap
tak berubah
tapi sakit tak lagi trasa
karena ambang tlah ditebas riuh kata

siapa yang mengayuh sampan di pagi buta
di tengah belantara gagap
dadadada penuh cinta
kata cinta senyap
tak perlu riuh kata
tatkala saling jiwa penuh rasa


Kaki Merapi, 20 Juli 2012

gigil

gigil itu masih menusukiku
meski sudah kusruput secangkir senyummu
hangat


Kaki Merapi 16 juli 2012

Selasa, 15 Mei 2012

Di Sini

di sini
ada bisik lewat geretak reranting
kerlingmu berkilat oleh dedaun berdenting
riuh tak lagi menari

di jalan pulang rinduku mengabut
masihkan pohon cerme di depan rumah merindang
agar sua nanti penuh kuyup yang matang?
Aih, jarak tiba-tiba menjadi butut

di sini aku rebah
rerumput menganyam gundah gairah
wangimu merusa betina di musim renjana
ah, ingin kugali tanahku di senja sana


Kaki Merapi, 13 Mei 2012

Lumat

Siang seperti perang,
maka malam betubuh jerang
teritis tak mampu menitis
mungkin habis

karena angin menebar peluru
dan matahari tak lagi punya ragu
erang nafas memburu
keringat tak mau sedetikpun berseteru
belantara hijau menyulam rindu

terbakar rautmu pada gigil rasaku
lumat
jauh sebelum tamat


Kaki Merapi 25 April 2012

Selasa, 17 April 2012

Tiada

lenyap baris-baris pintu
tatkala yang lalu tlah didekap waktu
serpih harap menjelma bayang angan;
hadirkan sekejap hangat merupa pendar:
kepingnya senyap
dalam bingkai bening mata
luka

kemana sisa rasa
kecuali bersetubuh malam:
lahirkan keping-keping
hangat
lumer pada tiap titik senyap.
Tiada!


Kaki Merapi, April 2012

Duhai Sang Kinasih

ini rindu begitu kelu:
sisakan basah doa-doa menghilir.
cinta berpeluh kata serupa anak panah
melesat tanpa beratnya,
angin menerkam dan mengoyak bidiknya
cinta senyap kata sajikan belenggu
rindu dalam sungai waktu
tanpa hilir tanpa hulu.
basah segenap masa.
duhai cinta
duhai rindu
duhai sang kinasih:
pengorbanan tlah menuai jawab


Kaki Merapi April 2012

Kamis, 12 April 2012

Berdiamlah

berdiamlah
remukkan seluruh hasrat daging
berdiamlah
abukan sekujur jiwa dalam bara sunyi
berdiamlah
layangkan segenap rasa
dalam perjalanan surgawi
menunggang matahari


Kaki Merapi, 12 April 2012

Minggu, 01 April 2012

Harga Waktu

dalam gamang
senja tiba-tiba tenggelam
tiba-tiba bergelimang uban
maka rengkuhlah waktu kini
atau rerumputan akan mendekapnya
tersembunyi


26 Maret 2012

Rabu, 28 Maret 2012

Nyepi II

pada lelautan jejak berbintik kesah tak berkesudahan
ingin kukecupi rautmu dalam bara sesah
setiap letup pada didih merupa cermin
pepohonan meranggas oleh angkara
subur terpupuk kesumat

kupandangi jalanan panjang; liku mengumbar gelora
persetubuhan dunia lahirkan dosa
berbungkus doa dan mantra sia
langit tetap mencanda lautan
membukai hutan; menjulangkan gubuk-gubuk
dupa
dupa
arupadatu
persetubuhan alam lahirkan sunyi
gemericik air sungai mengetuk pintu surgawi
pada rautmu aku tenggelamkan seluruh yang sejati


Kaki Merapi, 29 Maret 2012

Bukan

kepedihan dan kegeraman terbalut lunglai yang luruh
dan kelam menjadi selimut tapak kaki
bukan kuasa manusia dunia meradang
bukan kuasa manusia dunia meriang
oleh malam


Kaki Merapi, 29 Maret 2012

Jumat, 23 Maret 2012

Nyepi

sebatang jarum runtuh
dentingnya tembus telinga, mengorek kerak jiwa
lelehkan darah anyir
dilebur api

sehelai daun melayang jatuh
tepuknya getarkan kujur tubuh
didhkan segenap darah
uapkan hasrat daging dunia
lesap disergap senyap

waktu membisu
alam terdiam
degup jantung merupa puja pada sang Tiada
lahirkan arupadatu semesta

ada datang dari tiada
maka ada kembali pada tiada
Nyepi, ketiadaan yang ada
dan kesadaran atasnya


Kaki Merapi, 23 Maret 2012

Minggu, 11 Maret 2012

Bocah-bocah Kecil Jalanan

Serak sudah kakikaki mungil
di jalanan berduri
sengat matahari di kulit bumi
lepuh tak lagi berani
kau berlari, keringat berubah daki
rodaroda berdecit
bumi meringis menahan perih
negriku jauh
samasamar terdekap bidadari


Kaki Merapi, 10 Maret 2012

Pagi

kuterima pagi dengan selimut mawar ditebar
matahari bermanja di rambutmu
di cerlangnya aku mabuk mandi berguyur wewangi
cecapi tiap lapis aroma renjana paling hati
lepas gigil masa
lekukmu serupa liuk cemara pada desah musim angin
kelopakmu geriap rerumputan
seduh pada musim berganti
percik sudah senyum pelangi

Kaki Merapi, 9 Maret 2012

Mimpi dan Nyata

sekumpulan busa rasa
menggembung, kemudian pecah
memerca
jiwa terpasak di balik jeruji langit
tanya
sia-sia

Kamis, 01 Maret 2012

Bayang

sepekat rengkuh mencumbu angin
pelangi hanya mampu hadirkan mimpi
maka aku tak ingin terjaga


Jogja, Februari 2012

Rabu, 22 Februari 2012

Dash of Peace

Aku menemukan surga yang sama, di semua wajah anak yang lelap
Tawa mereka menyentuhku, dengan cara yang sama. Seperti awal hari. Dari masa yang berganti.
Terkadang kulihat kamu di mereka, dengan air matamu yang mengalun.
Tak ditahan-tahan di depanku.
Begitu kuat...., Begitu rapuh....,
Bagai secercah damai.

oleh: Julia Napitupulu

English version by RB. Edi Pramono

I find heaven in the slumbering children's faces
to the bed of my heart their laughter touches
resembling the beginning of a day, of all changing days.
Sometimes I see you in them, with your drifting tears
trickling, before me.
So strong..., so frail...,
like a dash of peace

Jumat, 10 Februari 2012

Habis...

Selimutkan saja kabut pada hati yang kedinginan
dan mari kita berbaring telanjang
tak lagi mengais
tak lagi menepis
selimutkan saja kabut
karna kita tak lagi mampu bertelut
habis...


Jogja, 11 Februari 2012

Kamis, 09 Februari 2012

Harap

Jalanan tlah kisahkan sembilu dari serpih hati
seperti yang tergurat pada pagi yang menyapa
maka kupindahkan pada tiap pucuk daunan yang kulalui
agar tak terinjak lelehkan darah di tiap pori
agar masih bisa kupetik
dan kuuntai kembali menjadi harap
dan kuletakkan di ranjangku, menjadi kawan
mimpi malamku


Jogja, 10 Februari 2012

Senin, 06 Februari 2012

Rinai Senja

Waktu itu senja mulai menyapa. Ruah sudah laut di rindu sosokmu, teteskan sungai koyak pada hendak ketika sore itu hujan mengguyur teras kisah kita. Rambutmu jadi basah oleh percik malam yang dikandung mendung pekat, baru saja dia bergayut dan meleleh. Sore kita kuyup. "Ah, biarlah," itu katamu, sambil kau geraikan basah di hatiku. Kulihat punggung tanganmu, tergurat kisah kita dalam gambar warna-warni. Persis pelangi yang kemarin kau tanam di benakku, dan pasti tumbuh subur meski tak sempat kusiangi; karena rinai tak pernah pergi.

Kau buka pintu perlahan, menyuarakan derit di hatiku. Lalu kita berbaku kata tentang masa, tentang warna, dan tentang jalan. Kita tertawa sambil menusukkan pedih di dinding jurang, tangan kita masih bersinggungan.

"Kelak jika senja tak lagi rinai, kita bangun istana mimpi kita," begitu rajukmu. Maka kupasakkan angan di bibir saga, agar menjadi saksi janji hati. Rinai senja tak pernah pergi, mungkin ia setia terjaga agar janji hati tetap bersembunyi.


Kaki Merapi, 8 Februari 2012

Selasa, 31 Januari 2012

Ketika Engkau Hilang

Ketika engkau hilang
ada geriap senantiasa menyapa tiap bulu tubuhku
hadirkan ribuan kaki semut menari tanpa irama
gesek dedaunan tiupkan nada asing
seolah dengking srigala di kesendirian kelam

Ketika engkau hilang
rinai hujan angsurkan setangkup kembang
yang mekar di musim lalu
alun ombak tawarkan setumpuk garam
untuk hiasan pada polos luka
dan biola di kejauhan sayatkan lengking nada
menguliti rasa

Ketika engkau hilang
angsapun berdansa dengan angin
yang bukan pasangan
dan layanglayang melambaikan tangan
tanpa benang


Kaki Merapi, 31 Januari 2012

Jumat, 27 Januari 2012

Sungai Hidupku

pada tiap mawar kulihat kerlingmu
pada tabir rinai terbias rautmu
pada hembus desau terhias kecup hangatmu
maka kutanam rekah mawar di jantungku agar
degupnya mengerjap larit kerlingmu
kuguyurkan rinai hujan agar di tiap
poriku tergurat rautmu
dan kuselimutkan angin agar hangat tubuhku
oleh kecupmu

pada gemericik air kudengar desahmu
riaknya merupa geliat lembutmu
dan alirnya hadirkan selusur jemari lentikmu
maka membenam aku dalam arus
hanyut
menyusuri lapis demi lapis geriap
denyutmu

Aih, kau
alam dan sungai hidupku


Kaki Merapi, 27 Januari 2012

Kamis, 26 Januari 2012

Titik Titik Air

titiktitik air hadir menyapamu lewat kerjap cahaya
singgah menghiasai kujur dan rautmu
kau yang rajin menyapa angin
menggelungkan diri menepis bahkan desaunya
seremang angkasamu
segigil ngilu tubuhmu
gemeretak dinding rasaku

seribu kehendak koyak
karena rayu ribu titiktitik air mencumbu
maka kau selimutkan sepi pada lenguhmu
bak tari limbung tanpa irama
dan garam tak lagi asin

titiktitik air sedekat desah di nafasmu
selekat darah di nadimu
sirnakan cahaya pada kerling matamu
meski seribu senyum kutanamkan di bibirmu
lunglai harimu


Kaki Merapi, 26 Januari 2012

*untuk istriku terkasih yang sedang dicumbu cacar air
di sekujur tubuh bahkan wajah

Selasa, 24 Januari 2012

Bumi Pertiwi

tangan terkepal. teracung angkasa ditantang
"Darah Juang" menggaung, menggema
leleh darah demi pertiwi
bumi menangis, mengais
karna tlah pergi nurani


Yogya, 25 Januari 2012

Kamis, 19 Januari 2012

Cintaku Tak Mengenal Waktu

Kemarin kita bertemu di selasar itu
kulum senyummu
kilat kerling matamu
madu meruah di dinding hatiku
menyusuri alur nadi
pekat membungkus angan
hasrat terpendam

Kemarin kita bercumbu di sudut heninh
geliat tubuhmu
desah nafasmu
sengau suaramu
adalah bara di simpulsimpul sarafku
gelegak pada tiap gelinjangku
mengabur titik pandangku
lusuh ruang hampa

Pagi ini kutatatp dirimu
kulum senyummu
larit kerling matamu
semburat keriput wajahmu
masih juga madu mengalir di kujur nadiku
ruang dan waktu tak mampu membunuh
cintaku
rinduku


Yogyakarta, 19 Januari 2012

Kamis, 12 Januari 2012

LANGIT

Katakatamu mengalir begitu saja tanpa reka
pun prasangka
tanpa hulu ataupun hilir
kadang lantang melengking
kadang lembut mendayu
titikkan warna warni pada dinding hati

sering kau meracau dalam keteraturan logika
mencengangkan
menghujamkan katakata alam menghadirkan kesadaran
betapa agung Sang Khalik tereja pada tumbuhmu

Senin, 09 Januari 2012

Sepasang Merpati

Sepasang merpati menjejakkan kaki di langit angan
perlahan menautkan sayap melukis angkasa
dengan masingmasing mimpi
langit mengarakkan awan memikul berat basah
entah pada hati mana banjir akan menyapa

Sepasang merpati meliukkan tubuh
hening
saga mengambang dalam rinai pelangi asa
titiktitik bening merebak
meramu luka, suka, duka, maupun asa
menyulam harap pada remang kain cinta

Sepasang merpati mencumbukan mimpi
di atas ranjangranjang yang tak pernah pasti
entah siapa yang terkapar
karena sepasang merpati menyorotkan mata binar
sekaligus nanar


Malang,8 Januari 2012

Kamis, 05 Januari 2012

Luka Lama

ada yang mengusikku lewat angin tengah hari
mematukkan dingin berjarum di dinding rasa
memberikan kedut aneh di datar kulitku
mangu menyapaku

tiba-tiba katakatamu hadir lewat dering tanpa suara
bangunkan tiap helai bulu tubuh
kepandangi hatiku
nganga luka sedang kau sulam dengan jarum berkarat
dengan benang basah berlumur cuka
Gusti, aku memekik tanpa suara

duhai kembara jiwa
rehatmu tetap mata terjaga
bukan kopi atau anggur sebagai kawan
bukan denting piano atau alun lembut menemani
tapi retakretak angan masa
berenda lukaluka lama


Kaki Merapi, 3 Januari 2012

Minggu, 01 Januari 2012

Tahun Baru

Selarit masa pada lepas dan harap asa
ada ketelanjangan dalam bisiknya
bersalin rupa sang kala pada titik ada tiada
hanya jejak tinggalkan makna
semu waktu
tergugu seharu


Kaki Merapi, 31 Desember 2011

Resi, Benar Katamu

Benar katamu, resi
kenikmatan sesungguhnya hanyalah kosong
ia hanya setumpuk ingin
pada goda ingatan lalu
saat pikiran terpaku pada satu deru
bayangbayang senang menghantui
membias rasa
gumpalkan hasrat
dan begitu tercecap buah itu
nikmat memerca
runtuh pada kekosongan
melompong

Benar katamu, resi
jalan hidup bukan kenikmatan
melainkan kesadaran berproses
mencermati tiap bulir jejak bergulir
menebah serpih debu pada jendela jiwa
melaraskan kehendak dan langkah pada hening
dan luruh pada tiap prosesnya
matang pada tiap saatnya

Kenikmatan sejati menghuni ketiadaan yang ada
kosong hati yang penuh
syukur tanpa ukur
sujud jiwa dalam hampa waktu
kenikmatanku, resi
semu berbilah belati


Kaki Merapi, 2 Januari 2011