Kamis, 26 Mei 2011

Sajak Para Pejabat

Aku mau mencumbumu
di bawah rinai rintih anak-anak buncit
di sela gelegar kepal tangan kiri meninju angkasa
pada deru asap padat tengah kota
dalam gelisah tangan-tangan mengais sisa-sisa
Dan kita bergelut di atas tebal rerumputan bata
yang merakit langit

Gemuruh tukang becak berteriak
karena perut mereka penuh sesak
oleh angin
menjadi musik indah kita bercinta
Raung banjir melanda kota-kota
membuatmu semakin menggelinjang
kita bergulat melihat kumuh rumah-rumah berserak
Lelaki perempuan telanjang menggelimpang
sepanjang jalan
ajal menjelang

Aih, aku ejakulasi
tetesan berbola duri-duri
dan kau mengerang kegirangan
berenang hutang
Biar saja mereka berkubang kelaparan


Kaki Merapi, 27 Mei 2011

Selasa, 24 Mei 2011

Ah, kalau saja aku masih boleh berharap



Angan ini dalam membelenggu rasaku,
mengharapmu selalu dalam rengkuhku,
dan kita bersama melampaui waktu.
Kepadamu aku terkulai karna hati terbelai
Kekasih, kau jadikan semua nyata untukku
dan tak lagi merana anganku

Betapa ingin rasa hatiku
menautkan bibirmu di bibirku,
membawaku mabuk melayang,
mencecap anggur manis dewa kayangan.
Geliat penuh bibirmu
adalah erangan rindu terpasung angan.
Aku lunglai kepayang

Andai aku masih bisa mengharap
dalam lautan cinta raga kita menyelam,
karna satu keinginanku terdalam,
memadu kasih denganmu sepanjang malam.
Karena hanya olehmu
hasratku mengharu, membiru,
dan karenamu renjanaku tak lagi kelu

Aih, kekasih, harapku masih semata angan
Rasaku dan rasamu di sana terselimut awan;
biarkan aku merengkuhmu, mendekapmu,
melumerkan karang keraguan,
menuai kepercayaan,
hingga jiwa kita berjalan bergandengan

Kekasih, di sini aku masih berharap
hanya ada engkau dan aku
tanpa cemas dan khawatir mengganggu.
Bersama bahagia kita berdansa,
melantunkan sajak cinta berbagi rima;
entah di sini atau di mana
waktu akan segera menjemput kita

Ah, kalau saja aku masih boleh berharap
ingin kurenggut aturan bumi
mati dan demi bersamamu hidup kembali
karena jiwamu dan jiwaku
Tlah tertulis tebal di seluruh pucuk dedaunan:
Engkau untukku
Aku untukmu


Kaki Merapi, 25 Mei 2011
(adaptasi puisi If I Could Make A Wish oleh Pamela)

My Lord, I Shall Not Try


I pray thee in the temple of gloom
with a smile of shining saber in my room
I whisper words the wind may not know
and somehow keep them deep in the hollow

I deeply groan in the roaring sea
with on my tongue a rusty lance one cannot see
then come red-eyed seagulls with burning breath
caring of my wounds with painful death

In the howling night the tranquil mind I beseech
like an old shaman takes blood with a leech
thus off my soul to the bleak cloud goes,
to alienation, strangled in the bliss foes

The nights fly
The days bye
The hollows cry
My Lord, I shall not try


Kaki Merapi, 24 Mei 2011

Minggu, 22 Mei 2011

Each to Each (Sajak Buat Istriku)


Shake my heart and hear my quivering flesh
there you find a bitter tone raging
Hold my tongue and listen to my trembling voice
there you see my veins clogging

Through mountainous waves
we've stepped our paths
into deep lightless spheres
we keep our sighs
Should the wind not embrace these impediments
then agony I would make my garments

So let us melt and make no noise
then silence the world will release
for you and me our hearts make a cease
the two hearts thus beat each to each


Kaki Merapi, 22 Mei 2010