Sudah sekian lama aku berjalan kesana kemari
Entah berapa jarak telah kulalui
Tak pernah kuhitung satu kaki demi satu kaki
Hingga keletihan mulai merayapi sekujur tubuh bahkan hati.
Lalu kutemui jalanan bebatuan, belantara kehidupan
Dan sebuah pondok mungil di ujung ufuk, menawarkan harapan
Semakin dekat langkah kakiku yang letih ini menuju
Meniti satu demi satu onak berduri maupun semak mengganggu
Kembara ini hampir berakhir bagiku, satu, satu, satu
Hatiku yang letih ini mulai teduh
Tubuhku basah berpeluh dan penuh; perih ini mulai sembuh
Langkahkupun mulai laju walau satu, satu, satu
Pondok mungil itu milikku dan hanya milikku
Akan kuhirup penuh udara keheningan bahagia
Akan kurengkuh dan kudekap tawa dan canda
Akan kudongakkan kepala dan kuteriakkan "Engkau milikku..."
Kekasihku,
Dipondok mungil itu
Kau dan aku selamanya satu, satu, satu, dan hanya satu.
Karena engkau adalah aku dan aku adalah engkau
Karena hatimu adalah hatiku dan hatiku adalah hatimu
Karena jiwamu adalah jiwaku dan jiwaku adalah jiwamu
Karena nafasmu adalah nafasku dan nafasku adalah nafasmu
Kekasihku,
Dipondok mungil itu
Kau dan aku selamanya satu, satu, satu, dan hanya satu.
Yogyakarta, Maret '98
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Senin, 16 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar