Serubah wajah bersalin rupa,
risaunya terbentur mesin waktu.
Seorang bocah berlarian di jalanan berdebu,
mengepakkan mimpi seribu nanti.
Ada yang tersisa pada gores hati.
Semata renjana berganti muka,
bersabung antara angin dan ingin.
Dia duduk terpekur pada ruang waktu yang bergulir mundur,
dia tersenyum pada potret wajah-wajah tanpa cakrawala.
Ada yang masih tersisa pada gores hati.
Kenakanlah mahkota di atas luka,
atau coretkan buluh pada sendaumu,
seperti anak-anak bersorak pada kembang api yang menghilang.
Ada yang selalu tersisa pada gores hati.
Jogja, Mei 2010.
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Minggu, 15 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
dan karma itu menumpahkan hujan pada renjana yang membara lalu kita guratkan janji pada lenguh paling pagi jarak telah menjadi pencuri aku ...
-
Lalu waktu bergegas gegas seperti cemas yang sedang berkemas siapa yang telah menggenggam rindu pucuk pucuk rumput mendadak layu di batas...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar