Sudah berkalang tanah mereka dalam cinta pada republik ini,
yang dulu berkeringat darah bermandi dentum mesiu
meneriakkan kata merdeka.
Tuhanku, lelapkah tidur mereka
padahal ranjang mulai terkoyak srigala tetangga,
ataukah tak pernah meram jiwa mereka
karna pertiwi yang dikhianati.
Kini kami para pewaris negri,
mengaum ganas pada anak-anak kami
kala mereka bertingkah,
tapi mendengking meratap-ratap
kala tetangga memelototkan mata,
seakan menatap monster raksasa sedang murka.
Kami yang lantang berkicau tentang kepemimpinan,
kedaulatan, demokrasi, dan perdamaian pada rakyat kami;
ternyata hanya mampu berkata, "Duli Tuanku,"
kepada tetangga cebol yang tak tahu malu.
Tuhanku,
sesunggunya kami adalah pewaris negri
tanpa hati; tanpa harga diri...
Yogyakarta, akhir agustus 2010
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Minggu, 29 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar