kering tlah gemeretak
tapi hujan tak punya daya hentak
seperti alir rasaku padamu
kadung ranggas disilau waktu
tanpa kutahu
Kaki Merapi, 10 Desember 2012
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Rabu, 19 Desember 2012
Selasa, 18 Desember 2012
Daddy
Daddy...
the candle is thee,
sparkling in the gloom of my heart
in me thou shall ne'er be apart
I miss the moments we shared dusk
thou painted the sky with rainbow
and when to thee I could not hold to ask
thou said, "This is the path you'll have to go."
Kaki Merapi, 19 Dec 2012
the candle is thee,
sparkling in the gloom of my heart
in me thou shall ne'er be apart
I miss the moments we shared dusk
thou painted the sky with rainbow
and when to thee I could not hold to ask
thou said, "This is the path you'll have to go."
Kaki Merapi, 19 Dec 2012
Senin, 17 Desember 2012
Kabut
Malam ini kabut
nyanyi jengkerik menerobos selanya
temaram lampu jalan
sunyi sedang gelisah...
kabut di kepalaku
bulan tak mampu menyibaknya
langkahku buta
gelisah ku sunyi
Yogya, 10 dec 2012
*sajak kolaborasi Pram - Ika Tidariani
nyanyi jengkerik menerobos selanya
temaram lampu jalan
sunyi sedang gelisah...
kabut di kepalaku
bulan tak mampu menyibaknya
langkahku buta
gelisah ku sunyi
Yogya, 10 dec 2012
*sajak kolaborasi Pram - Ika Tidariani
Minggu, 16 Desember 2012
Rabu, 28 November 2012
Palestina /2
1/
mejameja besar berhias jas dasi
batu dan peluru
tetaplah nafas dan bau tubuh
2/
matahari abadi
menyiangi rerumputan peluru
erang dan rintih
nasi di setiap meja
3/
matahari begitu perkasa
memanggang darah yang tlah lelah
di atas meja tanah suci terbagi-bagi
menu lezat media negri
4/
doa dan serapah
berkawan roti dan air
dari pagi sampai pagi
benih benci di sunsum generasi
5/
membayang raut para nabi
di tanah-tanah terinjak mati
suara mereka sunyi
terpenjara kelam palung hati
mejameja besar berhias jas dasi
batu dan peluru
tetaplah nafas dan bau tubuh
2/
matahari abadi
menyiangi rerumputan peluru
erang dan rintih
nasi di setiap meja
3/
matahari begitu perkasa
memanggang darah yang tlah lelah
di atas meja tanah suci terbagi-bagi
menu lezat media negri
4/
doa dan serapah
berkawan roti dan air
dari pagi sampai pagi
benih benci di sunsum generasi
5/
membayang raut para nabi
di tanah-tanah terinjak mati
suara mereka sunyi
terpenjara kelam palung hati
Selasa, 27 November 2012
Kabar Hujan
baru saja hujan bawa kabar
tanah tempat kita dulu berbagi gundah
rindu lenguh dan desah kita
dan aroma renjana
sudah berapa musim kita tak pulang
banyak cahaya menyilaukan mata
banyak debu mengaburkan jarak pandang
maka lupa kita jalanjalan
biarlah kukatakan pada hujan
bahwa kita masih diradang keriuhan
(dan tahukah kau)
hujan pun meneteskan airmata
Kaki Merapi, 27 November 2012
tanah tempat kita dulu berbagi gundah
rindu lenguh dan desah kita
dan aroma renjana
sudah berapa musim kita tak pulang
banyak cahaya menyilaukan mata
banyak debu mengaburkan jarak pandang
maka lupa kita jalanjalan
biarlah kukatakan pada hujan
bahwa kita masih diradang keriuhan
(dan tahukah kau)
hujan pun meneteskan airmata
Kaki Merapi, 27 November 2012
Rabu, 21 November 2012
Palestina
1/
peluru berdesingan di kepala
asap mesiu sesak segala dada
tubuhtubuh terserak tak lagi utuh
di kuburan dangkal puing runtuh
mimpi usai sebelum penuh
2/
pinjam sebentar catatanmu
bukankah damai yang kaujanjikan
ada di situ
atau barangkali malaikat lupa
menuliskannya
3/
ini tanahku, tanah nenek moyangku
lantas siapakah ku?
sebab telah lama padam lelampu
dan gulita masih saja bisu
kecuali erang dan rintih
4/
orangorang membangun pabrik kembang api
sorai pada letupletup maut
pesta tahun baru tak pernah usai
seperti darah mereka tak henti menyungai di jalanan
damai
sepertinya ada yang sengaja mencuri
5/
Gaza bermandi bara
malam penuh anakanak petir
rambutnya menguap
gigil
para lelaki berjajar sangkur dan bedil
para wanita menampi doa mengharap fajar
Kaki Merapi, 22 November 2012
peluru berdesingan di kepala
asap mesiu sesak segala dada
tubuhtubuh terserak tak lagi utuh
di kuburan dangkal puing runtuh
mimpi usai sebelum penuh
2/
pinjam sebentar catatanmu
bukankah damai yang kaujanjikan
ada di situ
atau barangkali malaikat lupa
menuliskannya
3/
ini tanahku, tanah nenek moyangku
lantas siapakah ku?
sebab telah lama padam lelampu
dan gulita masih saja bisu
kecuali erang dan rintih
4/
orangorang membangun pabrik kembang api
sorai pada letupletup maut
pesta tahun baru tak pernah usai
seperti darah mereka tak henti menyungai di jalanan
damai
sepertinya ada yang sengaja mencuri
5/
Gaza bermandi bara
malam penuh anakanak petir
rambutnya menguap
gigil
para lelaki berjajar sangkur dan bedil
para wanita menampi doa mengharap fajar
Kaki Merapi, 22 November 2012
Selasa, 20 November 2012
November di Gigil Rindu
aih, kerinduan bulan november
gigil dingin dan kabut
dedaunan basah dan angin angkuh
kesah wajahmu dan semerbak tubuhmu
adalah sembab pagi yang kujumput
adalah secangkir kopi malam yang kusruput
dalam-dalam
dalam-dalam
sebab waktu dan rindu tlah membuka pintunya lebar
maka mari kita masuk
tanpa perlu lagi mengetuk
Yogyakarta, 21 November 2012
gigil dingin dan kabut
dedaunan basah dan angin angkuh
kesah wajahmu dan semerbak tubuhmu
adalah sembab pagi yang kujumput
adalah secangkir kopi malam yang kusruput
dalam-dalam
dalam-dalam
sebab waktu dan rindu tlah membuka pintunya lebar
maka mari kita masuk
tanpa perlu lagi mengetuk
Yogyakarta, 21 November 2012
Elegi Negriku
tanahku membara gelegak
sebab hujan berebutan dari pagi hingga pagi
sementara para hati gigil gemeretak
sebab tak lagi tumbuh pohon empati
apalagi kasih
di sini carut, di sana marut
di sini teracung parang dan badik
di sana senapan-senapan membidik
riuh jerit dan teriak erang melaut
siapa bertanya tentang kasih
kemarau baru saja beranjak pergi
orang-orang berteguh memeluknya
sebab hujan dan dingin mulai melantunkan elegi
dan berderak segala pintu negri
di sini dan di sana, di mana-mana
Kaki Merapi, 21 November 2012
sebab hujan berebutan dari pagi hingga pagi
sementara para hati gigil gemeretak
sebab tak lagi tumbuh pohon empati
apalagi kasih
di sini carut, di sana marut
di sini teracung parang dan badik
di sana senapan-senapan membidik
riuh jerit dan teriak erang melaut
siapa bertanya tentang kasih
kemarau baru saja beranjak pergi
orang-orang berteguh memeluknya
sebab hujan dan dingin mulai melantunkan elegi
dan berderak segala pintu negri
di sini dan di sana, di mana-mana
Kaki Merapi, 21 November 2012
Senin, 05 November 2012
Rabu, 31 Oktober 2012
Sembunyi
jadi kau ingin sembunyi?
baiklah, biar kugali waktu dalam-dalam
dan kau boleh susupkan semua ingatan
jangan tanya sampai kapan
Kaki Merapi, 20 Oktober 2012
baiklah, biar kugali waktu dalam-dalam
dan kau boleh susupkan semua ingatan
jangan tanya sampai kapan
Kaki Merapi, 20 Oktober 2012
Jumat, 26 Oktober 2012
Di Ruang Tunggu Rumah Sakit
wajahwajah senja
rerumput menguning di penghujung musim
sisakan serpih bara di tiap kursi
biarkan aku oleskan madu
waktu di hatimu
RS Hardjolukito, 25 Oktober 2012
rerumput menguning di penghujung musim
sisakan serpih bara di tiap kursi
biarkan aku oleskan madu
waktu di hatimu
RS Hardjolukito, 25 Oktober 2012
Riuh Senyap
semesta lumpuh oleh kerling melenguh
jarak pandangku mengabur
ditikam semaksemak subur
antara kau dan aku
lusuh
lantas semua meranggas
saat belum saatnya
ada yang tergagap tak lagi bicara
segalanya riuh oleh senyap
Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
jarak pandangku mengabur
ditikam semaksemak subur
antara kau dan aku
lusuh
lantas semua meranggas
saat belum saatnya
ada yang tergagap tak lagi bicara
segalanya riuh oleh senyap
Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
Perjalanan
pada lingkar tahun pepohon
kau tuliskan ribuan catatan ingatan
pada tanah segala musim
kau pijakkan jejak sepanjang jarak
legam
sesenyap cecap yang terhisap
lenyap yang tak lenyap
barangkali ada setumpuk harap
yang kau simpan di sudut sunyi
yang tak mau lekang
sebab sembunyi dari usang
terkadang angan tergolek
pada peraduan panjang
Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
kau tuliskan ribuan catatan ingatan
pada tanah segala musim
kau pijakkan jejak sepanjang jarak
legam
sesenyap cecap yang terhisap
lenyap yang tak lenyap
barangkali ada setumpuk harap
yang kau simpan di sudut sunyi
yang tak mau lekang
sebab sembunyi dari usang
terkadang angan tergolek
pada peraduan panjang
Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
Air Kata
mengering sudah air katakata yang dulu
deras mengaliri sungai
kemarau rupanya cukup trengginas menghantarkan
belantara pada ranggas
tak ada lagi seri
apalagi pelangi
pernah jarak itu hanya catatan ukuran
dan waktu penuh dengan angan merinai hujan
jalanan berselimut segenap aroma kembang setaman
maka kita letakkan mayang di tiap perempatan
seketika jalanan hijau oleh dedaunan
catatan tak lagi berperan
ia sudah menjelaga,
legam
Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
deras mengaliri sungai
kemarau rupanya cukup trengginas menghantarkan
belantara pada ranggas
tak ada lagi seri
apalagi pelangi
pernah jarak itu hanya catatan ukuran
dan waktu penuh dengan angan merinai hujan
jalanan berselimut segenap aroma kembang setaman
maka kita letakkan mayang di tiap perempatan
seketika jalanan hijau oleh dedaunan
catatan tak lagi berperan
ia sudah menjelaga,
legam
Kaki Merapi, 27 Oktober 2012
Selasa, 16 Oktober 2012
Aku Cemburu
entah desah mana menggiring kata pada tatap
dan baku tawa
kisah menyungai di musim hujan
terik sempat membarakan geliat terpendam
sesaat, pelan
tapi layang debu siramkan api hati
perlahan mati
ditikam belati
keraguan
kau dan aku
berlumur senyum dan kerling tajam
saling mendekap gamang
seperti tercatat pada uraturat jalan
waktu tak pernah berkawan
dia melaju dalam diam
dalam bisu dinding yang menyeringai curiga
menelan seluruh kisah
sisakan sepi membasah
ah, aku cemburu pada embun di daun
berbaku kerinduan
Kaki Merapi, 13 Oktober 2012
dan baku tawa
kisah menyungai di musim hujan
terik sempat membarakan geliat terpendam
sesaat, pelan
tapi layang debu siramkan api hati
perlahan mati
ditikam belati
keraguan
kau dan aku
berlumur senyum dan kerling tajam
saling mendekap gamang
seperti tercatat pada uraturat jalan
waktu tak pernah berkawan
dia melaju dalam diam
dalam bisu dinding yang menyeringai curiga
menelan seluruh kisah
sisakan sepi membasah
ah, aku cemburu pada embun di daun
berbaku kerinduan
Kaki Merapi, 13 Oktober 2012
Aroma Hujan Pertama
aroma hujan pertama di desa
siapa mampu guratkan kata
setelah terik berbilang purnama merajalela
tanah setengah basah uapkan dahaga dibakar masa
dedaun tembakau saling gurau angsurkan senyum pada awan
setulus hampar bidang langit
maka ruang cumbu embun pada daun tak lagi sempit
alirkan buncah pada gairah di tiap peraduan
dedaun tebu menegak hijau
menghirup penuh berkah langit sambil bergurau
sepertinya mereka tengah bersenandung menari
menandai musim berganti
aih, tanah rekah berdebu mulai kuyup gemulai
mengundang para tani dengan cangkul melambai
aroma hujan pertama di desa
ah, siapa mampu guratkan kata
Kaki Merapi, 12 Oktober 2012
siapa mampu guratkan kata
setelah terik berbilang purnama merajalela
tanah setengah basah uapkan dahaga dibakar masa
dedaun tembakau saling gurau angsurkan senyum pada awan
setulus hampar bidang langit
maka ruang cumbu embun pada daun tak lagi sempit
alirkan buncah pada gairah di tiap peraduan
dedaun tebu menegak hijau
menghirup penuh berkah langit sambil bergurau
sepertinya mereka tengah bersenandung menari
menandai musim berganti
aih, tanah rekah berdebu mulai kuyup gemulai
mengundang para tani dengan cangkul melambai
aroma hujan pertama di desa
ah, siapa mampu guratkan kata
Kaki Merapi, 12 Oktober 2012
Kamis, 11 Oktober 2012
Selasa, 02 Oktober 2012
duhai
tak bisa lagi kubuat pemisah
antara harap dan gelisah
sebab mereka memberi sayat yang sama di tiap bilah
sengilu senyap percik api
setiap detik menjadi jarum
mencatatkan resah sesepi goresnya
waktu tak bercerita apapun
hanya alirkan sesah dari lubang hitamnya
menjadi elang sayap patah
kucatat puisi pagi pelipur diri
bahwa rebahmu hanya sepanjang desah
bukan alir air yang tak henti membasah
cukuplah sekejap kerjap malam di lekuk tirai
duhai
pasrah semestinya buah yang kutuai
Kaki Merapi, 2 Oktober 2012
tak bisa lagi kubuat pemisah
antara harap dan gelisah
sebab mereka memberi sayat yang sama di tiap bilah
sengilu senyap percik api
setiap detik menjadi jarum
mencatatkan resah sesepi goresnya
waktu tak bercerita apapun
hanya alirkan sesah dari lubang hitamnya
menjadi elang sayap patah
kucatat puisi pagi pelipur diri
bahwa rebahmu hanya sepanjang desah
bukan alir air yang tak henti membasah
cukuplah sekejap kerjap malam di lekuk tirai
duhai
pasrah semestinya buah yang kutuai
Kaki Merapi, 2 Oktober 2012
Kamis, 06 September 2012
....
sudah tertulis di dedaun sejarah
siang malam tak lagi berzirah
waktu kembali meranggas
antara kau dan aku
Kaki Merapi, 6 September 2012
siang malam tak lagi berzirah
waktu kembali meranggas
antara kau dan aku
Kaki Merapi, 6 September 2012
Selasa, 04 September 2012
Kuronce Kembang
sudah kuronce kembang banyak warna ini untukmu
biar dia jadi pelangi dan indahmu tak lagi terkata
jangan lagi kau tuang tinta
agar kelam tak lagi merindu
Kaki Merapi, 4 September 2012
biar dia jadi pelangi dan indahmu tak lagi terkata
jangan lagi kau tuang tinta
agar kelam tak lagi merindu
Kaki Merapi, 4 September 2012
Minggu, 02 September 2012
SAMPANG
di tiap sudut dada bedug bertalu
siapa yang tahu
itu suara setan atau malaikat
sebab semua sudah pekat
bertimbun seluruh gairah melumat
ujung jari menjadi sakti
terlumur darah yang tak pernah terbukti
Kaki Merapi, 3 September 2012
siapa yang tahu
itu suara setan atau malaikat
sebab semua sudah pekat
bertimbun seluruh gairah melumat
ujung jari menjadi sakti
terlumur darah yang tak pernah terbukti
Kaki Merapi, 3 September 2012
Kamis, 30 Agustus 2012
Kemarau
kulihat kemarau sudah lelah
dia rindu air susumu
pecahkan saja sumbatnya
biar mengalir kembali sungaisungai
meredam lebam bilurbilur kehidupan
dan lidahlidah tak lagi menelan ludah
Kaki Merapi, 31 Agustus 2012
dia rindu air susumu
pecahkan saja sumbatnya
biar mengalir kembali sungaisungai
meredam lebam bilurbilur kehidupan
dan lidahlidah tak lagi menelan ludah
Kaki Merapi, 31 Agustus 2012
Selasa, 28 Agustus 2012
Matahari Magrib
Matahari magrib
luka yang adalah luka akan terenda
kembali sediakala saat kita langitkan segenap jiwa
pada menaraNYA
Matahari magrib
senja belum tentu selalu kelam
jika saga kita tetap terjaga
di kiblatNYA
Kaki Merapi, 29 Agustus 2012
*sajak tanggapan atas sajak mas Ardi J Nugroho dgn judul yang sama*
luka yang adalah luka akan terenda
kembali sediakala saat kita langitkan segenap jiwa
pada menaraNYA
Matahari magrib
senja belum tentu selalu kelam
jika saga kita tetap terjaga
di kiblatNYA
Kaki Merapi, 29 Agustus 2012
*sajak tanggapan atas sajak mas Ardi J Nugroho dgn judul yang sama*
Senin, 27 Agustus 2012
Nyekar 2012
Mama
kami datang ke peraduanmu maha sunyi
berlipat tahun rindu hanya meruah riak
biarlah arus derasnya tersimpan rapi
untuk kelak pertemuan kita di kediaman
maha abadi
Kediri, 17 Agustus 2012
kami datang ke peraduanmu maha sunyi
berlipat tahun rindu hanya meruah riak
biarlah arus derasnya tersimpan rapi
untuk kelak pertemuan kita di kediaman
maha abadi
Kediri, 17 Agustus 2012
Malam Nuzulul Qur'an
meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
hanya jiwa bicara
kembara pada tiap pendar maha cahaya
hanyut oleh dzikir tanpa akhir
meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
dzikirmu adalah kereta kencana
berkuda tahlil, tahmid, dan kihmad
mengarung laut ikhlas maha luas
meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
di sana lailatul qodar tersenyum
mengecupi jiwamu dengan cinta paling cinta
Kaki Merapi, 10 Agustus 2012
hanya jiwa bicara
kembara pada tiap pendar maha cahaya
hanyut oleh dzikir tanpa akhir
meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
dzikirmu adalah kereta kencana
berkuda tahlil, tahmid, dan kihmad
mengarung laut ikhlas maha luas
meluruhlah dalam sunyi maha sunyi
di sana lailatul qodar tersenyum
mengecupi jiwamu dengan cinta paling cinta
Kaki Merapi, 10 Agustus 2012
Belati Kemiskinan
belati itu berkilau
setajam mata elang mengintai mangsa
belati itu berkilat
serupa sinar matahari mengecup keringat:
mengoyak segala mimpi
melahirkan perih
belati itu bernama kemiskinan: murah meriah
gratis sebagai hadiah oleh penguasa serakah
kepada mereka yang membutuhkan sedekah
tumbal kehidupan yang mendewakan tahta;
darah jelata adalah anggur ternikmat ribuan tahun
untuk perjamuan pesta istana
ah, para ibu dan anak pada jarak
berkabut tebal kemelaratan
negri ini berderak
oleh jiwajiwa berkerak
Kaki Merapi, medio Agustus 2012
setajam mata elang mengintai mangsa
belati itu berkilat
serupa sinar matahari mengecup keringat:
mengoyak segala mimpi
melahirkan perih
belati itu bernama kemiskinan: murah meriah
gratis sebagai hadiah oleh penguasa serakah
kepada mereka yang membutuhkan sedekah
tumbal kehidupan yang mendewakan tahta;
darah jelata adalah anggur ternikmat ribuan tahun
untuk perjamuan pesta istana
ah, para ibu dan anak pada jarak
berkabut tebal kemelaratan
negri ini berderak
oleh jiwajiwa berkerak
Kaki Merapi, medio Agustus 2012
Tubuh
segala sesuatu adalah tubuh
apakah di bumi ini yang bukan tubuh
angin dalam genggaman pun adalah tubuh
sekejap lenyap disergap senyap:
melahirkan tubuhtubuh hening pada jarak hati
dan jarak adalah rentang anggapan
yang memunculkan nyata dan tak nyata
tubuh mulus dan molek pada jarak tertentu
hanyalah kerut retak bak tanah gersang penuh ngengat
di manakah jarak yang tepat?
maka hadirnya wajah menghadirkan celah
penuh mata
penuh koyak
penuh tanya
tubuhku dan tubuhmu
menyetubuhkan wajah alam dalam genggaman
tibatiba aku menjadi sublim
oleh jarak tubuh yang retak
Kaki Merapi, medio Agustus 2012
apakah di bumi ini yang bukan tubuh
angin dalam genggaman pun adalah tubuh
sekejap lenyap disergap senyap:
melahirkan tubuhtubuh hening pada jarak hati
dan jarak adalah rentang anggapan
yang memunculkan nyata dan tak nyata
tubuh mulus dan molek pada jarak tertentu
hanyalah kerut retak bak tanah gersang penuh ngengat
di manakah jarak yang tepat?
maka hadirnya wajah menghadirkan celah
penuh mata
penuh koyak
penuh tanya
tubuhku dan tubuhmu
menyetubuhkan wajah alam dalam genggaman
tibatiba aku menjadi sublim
oleh jarak tubuh yang retak
Kaki Merapi, medio Agustus 2012
Biner
begitulah hidup
biner adanya
biner sejatinya
bersatuan dan berlawanan
asing satu sama lain dalam kesatuan maha karib
pincang jalan kala yang satu hilang
maka cinta menjadi nikmat
kala pedih menyayatkan luka di jejak tak bercabang:
hidup pun penuh dalam ketakpenuhan
oleh hadirnya yang asing, menyatu
karib dalam asingnya
keterasingan adalah pemenuh ruang kosong
hingga saruk jalan menegak menyambut senja batang usia
hidup tak lagi tersia
ah, akupun ingin penuh
serupa sepasang hati menari seirama dalam asingnya
Kaki Merapi, medio Agustus 2012
biner adanya
biner sejatinya
bersatuan dan berlawanan
asing satu sama lain dalam kesatuan maha karib
pincang jalan kala yang satu hilang
maka cinta menjadi nikmat
kala pedih menyayatkan luka di jejak tak bercabang:
hidup pun penuh dalam ketakpenuhan
oleh hadirnya yang asing, menyatu
karib dalam asingnya
keterasingan adalah pemenuh ruang kosong
hingga saruk jalan menegak menyambut senja batang usia
hidup tak lagi tersia
ah, akupun ingin penuh
serupa sepasang hati menari seirama dalam asingnya
Kaki Merapi, medio Agustus 2012
Sajak Saga
gelincir matahari di ranjang hari
sisakan semburat rona di jejak kaki
ada menitis di bilahbilah langit
gaung bersambung di gigir tabir, pahit
aku bermain kata dengan cakrawala
saling bertukar sajak, berbaku gurindam
katakataku meliuk, kadang senyap makna
katakatanya lurus menukik tajam, menusuk, menghujam
katanya selalu begitu,
dari waktu ke waktu
dari jaman ke jaman
edan
mari, mari buat janji
antara kau dan aku sendiri
biar aku tak lagi bikin puisi
sementara engkau mengasah belati
kita buat semburat saga menjadi saksi
"mana mungkin ada janji
antara kepastian dan keinginan," katamu
sejurus aku termangu
berkedip mata saga padaku
menyilahkan senja mulai merengkuhku
waktu tak mungkin tertipu...
Kaki Merapi, medio agustus 2012
sisakan semburat rona di jejak kaki
ada menitis di bilahbilah langit
gaung bersambung di gigir tabir, pahit
aku bermain kata dengan cakrawala
saling bertukar sajak, berbaku gurindam
katakataku meliuk, kadang senyap makna
katakatanya lurus menukik tajam, menusuk, menghujam
katanya selalu begitu,
dari waktu ke waktu
dari jaman ke jaman
edan
mari, mari buat janji
antara kau dan aku sendiri
biar aku tak lagi bikin puisi
sementara engkau mengasah belati
kita buat semburat saga menjadi saksi
"mana mungkin ada janji
antara kepastian dan keinginan," katamu
sejurus aku termangu
berkedip mata saga padaku
menyilahkan senja mulai merengkuhku
waktu tak mungkin tertipu...
Kaki Merapi, medio agustus 2012
Kamis, 02 Agustus 2012
Pernah
pernah kucoba tulis rasa yang gelayut di ruasruas hati
tak bisa kutemui huruf untuk mengawali
maka kugumamkan pada angin
serupa kembang kusisipkan di hatimu yang dingin
pernah pula coba kugambar ronamu
tak juga kudapati titik awal yang satu
maka kubisikkan saja pada mimpi malam
biar terpatri sendiri di sluruh sadarku terdalam
pernah kau tanya tentang cinta
sungguh aku penuh di dada dan riuh di kepala
tetapi katakata sudah menyerah pada senyap
bahkan desahpun sudah jauh terlelap
duhai, tidakkah kau tahu
sesungguhnya cinta ini dirimu
yang tak pernah henti di dada meletup
walau hanya satu degup
Kaki Merapi, 3 Agustus 2012
tak bisa kutemui huruf untuk mengawali
maka kugumamkan pada angin
serupa kembang kusisipkan di hatimu yang dingin
pernah pula coba kugambar ronamu
tak juga kudapati titik awal yang satu
maka kubisikkan saja pada mimpi malam
biar terpatri sendiri di sluruh sadarku terdalam
pernah kau tanya tentang cinta
sungguh aku penuh di dada dan riuh di kepala
tetapi katakata sudah menyerah pada senyap
bahkan desahpun sudah jauh terlelap
duhai, tidakkah kau tahu
sesungguhnya cinta ini dirimu
yang tak pernah henti di dada meletup
walau hanya satu degup
Kaki Merapi, 3 Agustus 2012
Rabu, 01 Agustus 2012
Lamunan
suara jengkerik bersautan
kuhitung satusatu
kelam mengejekku
kusambit dia dengan lenguh
berjatuhan buah gundah di dedaun lusuh
senyap memungut pendarnya
bergelincir dalam keringat sesah
satusatu butir rekah kurekat
tetapi asa digumul resah
malam tertatih
matahari enggan berpindah
waktu serupa siput
lelap dalam mimpi mentah
Kaki Merapi, 1 Agustus 2012
kuhitung satusatu
kelam mengejekku
kusambit dia dengan lenguh
berjatuhan buah gundah di dedaun lusuh
senyap memungut pendarnya
bergelincir dalam keringat sesah
satusatu butir rekah kurekat
tetapi asa digumul resah
malam tertatih
matahari enggan berpindah
waktu serupa siput
lelap dalam mimpi mentah
Kaki Merapi, 1 Agustus 2012
Sajak Untuk Zeby
sosokmu adalah peluru hidup menembusi rasa
dan kau mengerling
debar menggeletar
titiktitik pori muaikan hasrat
kala menggelinding denganmu
lekuk jalan menjadi gelinjang
liuk jalan menjadi geliat berdesah
dan memacumu
bak renjana gelegakkan darah
menatapmu dalam diam
geriap senyap pada hasrat terurai malam
maka biarlah belai mesra kita
lahirkan buah rindu tak berkesudahan
rasa melayang di awan
Kaki Merapi, 27 Juli 2012
Senin, 30 Juli 2012
Lelaki Berkawan Kabut
lelaki itu berkawan kabut
waktu kembali berjelaga
sementara buku jarinya mulai berbincang
dengan garisgaris waktu
hidup hanyalah satu berlimpah mata
melingkar, menekuk, melempang, menyudut
riung pada yang tak pernah sujud
dia tersenyum, entah pada siapa
bocahbocah telanjang bermain air, pasir, dan lumpur
tulangtulang mereka tengah berbincang dengan angin
apa adanya,
selalu begitu
selalu jujur
lelaki itu berkawan kabut
dan bocahbocah belum mengenal kerut
Kaki Merapi, 21 Juli 2012
waktu kembali berjelaga
sementara buku jarinya mulai berbincang
dengan garisgaris waktu
hidup hanyalah satu berlimpah mata
melingkar, menekuk, melempang, menyudut
riung pada yang tak pernah sujud
dia tersenyum, entah pada siapa
bocahbocah telanjang bermain air, pasir, dan lumpur
tulangtulang mereka tengah berbincang dengan angin
apa adanya,
selalu begitu
selalu jujur
lelaki itu berkawan kabut
dan bocahbocah belum mengenal kerut
Kaki Merapi, 21 Juli 2012
Katakata
aku tersedak pada kerling anakanak telanjang
gigi mereka mengilaukan matahari sejati
warna yang mulai tersaput kabut geriap
riuhnya katakata kuasa
lembayung masih berwarna sama
pun angin yang tercecap
tak berubah
tapi sakit tak lagi trasa
karena ambang tlah ditebas riuh kata
siapa yang mengayuh sampan di pagi buta
di tengah belantara gagap
dadadada penuh cinta
kata cinta senyap
tak perlu riuh kata
tatkala saling jiwa penuh rasa
Kaki Merapi, 20 Juli 2012
gigi mereka mengilaukan matahari sejati
warna yang mulai tersaput kabut geriap
riuhnya katakata kuasa
lembayung masih berwarna sama
pun angin yang tercecap
tak berubah
tapi sakit tak lagi trasa
karena ambang tlah ditebas riuh kata
siapa yang mengayuh sampan di pagi buta
di tengah belantara gagap
dadadada penuh cinta
kata cinta senyap
tak perlu riuh kata
tatkala saling jiwa penuh rasa
Kaki Merapi, 20 Juli 2012
gigil
gigil itu masih menusukiku
meski sudah kusruput secangkir senyummu
hangat
Kaki Merapi 16 juli 2012
meski sudah kusruput secangkir senyummu
hangat
Kaki Merapi 16 juli 2012
Selasa, 15 Mei 2012
Di Sini
di sini
ada bisik lewat geretak reranting
kerlingmu berkilat oleh dedaun berdenting
riuh tak lagi menari
di jalan pulang rinduku mengabut
masihkan pohon cerme di depan rumah merindang
agar sua nanti penuh kuyup yang matang?
Aih, jarak tiba-tiba menjadi butut
di sini aku rebah
rerumput menganyam gundah gairah
wangimu merusa betina di musim renjana
ah, ingin kugali tanahku di senja sana
Kaki Merapi, 13 Mei 2012
ada bisik lewat geretak reranting
kerlingmu berkilat oleh dedaun berdenting
riuh tak lagi menari
di jalan pulang rinduku mengabut
masihkan pohon cerme di depan rumah merindang
agar sua nanti penuh kuyup yang matang?
Aih, jarak tiba-tiba menjadi butut
di sini aku rebah
rerumput menganyam gundah gairah
wangimu merusa betina di musim renjana
ah, ingin kugali tanahku di senja sana
Kaki Merapi, 13 Mei 2012
Lumat
Siang seperti perang,
maka malam betubuh jerang
teritis tak mampu menitis
mungkin habis
karena angin menebar peluru
dan matahari tak lagi punya ragu
erang nafas memburu
keringat tak mau sedetikpun berseteru
belantara hijau menyulam rindu
terbakar rautmu pada gigil rasaku
lumat
jauh sebelum tamat
Kaki Merapi 25 April 2012
maka malam betubuh jerang
teritis tak mampu menitis
mungkin habis
karena angin menebar peluru
dan matahari tak lagi punya ragu
erang nafas memburu
keringat tak mau sedetikpun berseteru
belantara hijau menyulam rindu
terbakar rautmu pada gigil rasaku
lumat
jauh sebelum tamat
Kaki Merapi 25 April 2012
Selasa, 17 April 2012
Tiada
lenyap baris-baris pintu
tatkala yang lalu tlah didekap waktu
serpih harap menjelma bayang angan;
hadirkan sekejap hangat merupa pendar:
kepingnya senyap
dalam bingkai bening mata
luka
kemana sisa rasa
kecuali bersetubuh malam:
lahirkan keping-keping
hangat
lumer pada tiap titik senyap.
Tiada!
Kaki Merapi, April 2012
tatkala yang lalu tlah didekap waktu
serpih harap menjelma bayang angan;
hadirkan sekejap hangat merupa pendar:
kepingnya senyap
dalam bingkai bening mata
luka
kemana sisa rasa
kecuali bersetubuh malam:
lahirkan keping-keping
hangat
lumer pada tiap titik senyap.
Tiada!
Kaki Merapi, April 2012
Duhai Sang Kinasih
ini rindu begitu kelu:
sisakan basah doa-doa menghilir.
cinta berpeluh kata serupa anak panah
melesat tanpa beratnya,
angin menerkam dan mengoyak bidiknya
cinta senyap kata sajikan belenggu
rindu dalam sungai waktu
tanpa hilir tanpa hulu.
basah segenap masa.
duhai cinta
duhai rindu
duhai sang kinasih:
pengorbanan tlah menuai jawab
Kaki Merapi April 2012
sisakan basah doa-doa menghilir.
cinta berpeluh kata serupa anak panah
melesat tanpa beratnya,
angin menerkam dan mengoyak bidiknya
cinta senyap kata sajikan belenggu
rindu dalam sungai waktu
tanpa hilir tanpa hulu.
basah segenap masa.
duhai cinta
duhai rindu
duhai sang kinasih:
pengorbanan tlah menuai jawab
Kaki Merapi April 2012
Kamis, 12 April 2012
Berdiamlah
berdiamlah
remukkan seluruh hasrat daging
berdiamlah
abukan sekujur jiwa dalam bara sunyi
berdiamlah
layangkan segenap rasa
dalam perjalanan surgawi
menunggang matahari
Kaki Merapi, 12 April 2012
remukkan seluruh hasrat daging
berdiamlah
abukan sekujur jiwa dalam bara sunyi
berdiamlah
layangkan segenap rasa
dalam perjalanan surgawi
menunggang matahari
Kaki Merapi, 12 April 2012
Minggu, 01 April 2012
Harga Waktu
dalam gamang
senja tiba-tiba tenggelam
tiba-tiba bergelimang uban
maka rengkuhlah waktu kini
atau rerumputan akan mendekapnya
tersembunyi
26 Maret 2012
senja tiba-tiba tenggelam
tiba-tiba bergelimang uban
maka rengkuhlah waktu kini
atau rerumputan akan mendekapnya
tersembunyi
26 Maret 2012
Rabu, 28 Maret 2012
Nyepi II
pada lelautan jejak berbintik kesah tak berkesudahan
ingin kukecupi rautmu dalam bara sesah
setiap letup pada didih merupa cermin
pepohonan meranggas oleh angkara
subur terpupuk kesumat
kupandangi jalanan panjang; liku mengumbar gelora
persetubuhan dunia lahirkan dosa
berbungkus doa dan mantra sia
langit tetap mencanda lautan
membukai hutan; menjulangkan gubuk-gubuk
dupa
dupa
arupadatu
persetubuhan alam lahirkan sunyi
gemericik air sungai mengetuk pintu surgawi
pada rautmu aku tenggelamkan seluruh yang sejati
Kaki Merapi, 29 Maret 2012
ingin kukecupi rautmu dalam bara sesah
setiap letup pada didih merupa cermin
pepohonan meranggas oleh angkara
subur terpupuk kesumat
kupandangi jalanan panjang; liku mengumbar gelora
persetubuhan dunia lahirkan dosa
berbungkus doa dan mantra sia
langit tetap mencanda lautan
membukai hutan; menjulangkan gubuk-gubuk
dupa
dupa
arupadatu
persetubuhan alam lahirkan sunyi
gemericik air sungai mengetuk pintu surgawi
pada rautmu aku tenggelamkan seluruh yang sejati
Kaki Merapi, 29 Maret 2012
Bukan
kepedihan dan kegeraman terbalut lunglai yang luruh
dan kelam menjadi selimut tapak kaki
bukan kuasa manusia dunia meradang
bukan kuasa manusia dunia meriang
oleh malam
Kaki Merapi, 29 Maret 2012
dan kelam menjadi selimut tapak kaki
bukan kuasa manusia dunia meradang
bukan kuasa manusia dunia meriang
oleh malam
Kaki Merapi, 29 Maret 2012
Jumat, 23 Maret 2012
Nyepi
sebatang jarum runtuh
dentingnya tembus telinga, mengorek kerak jiwa
lelehkan darah anyir
dilebur api
sehelai daun melayang jatuh
tepuknya getarkan kujur tubuh
didhkan segenap darah
uapkan hasrat daging dunia
lesap disergap senyap
waktu membisu
alam terdiam
degup jantung merupa puja pada sang Tiada
lahirkan arupadatu semesta
ada datang dari tiada
maka ada kembali pada tiada
Nyepi, ketiadaan yang ada
dan kesadaran atasnya
Kaki Merapi, 23 Maret 2012
dentingnya tembus telinga, mengorek kerak jiwa
lelehkan darah anyir
dilebur api
sehelai daun melayang jatuh
tepuknya getarkan kujur tubuh
didhkan segenap darah
uapkan hasrat daging dunia
lesap disergap senyap
waktu membisu
alam terdiam
degup jantung merupa puja pada sang Tiada
lahirkan arupadatu semesta
ada datang dari tiada
maka ada kembali pada tiada
Nyepi, ketiadaan yang ada
dan kesadaran atasnya
Kaki Merapi, 23 Maret 2012
Minggu, 11 Maret 2012
Bocah-bocah Kecil Jalanan
Serak sudah kakikaki mungil
di jalanan berduri
sengat matahari di kulit bumi
lepuh tak lagi berani
kau berlari, keringat berubah daki
rodaroda berdecit
bumi meringis menahan perih
negriku jauh
samasamar terdekap bidadari
Kaki Merapi, 10 Maret 2012
di jalanan berduri
sengat matahari di kulit bumi
lepuh tak lagi berani
kau berlari, keringat berubah daki
rodaroda berdecit
bumi meringis menahan perih
negriku jauh
samasamar terdekap bidadari
Kaki Merapi, 10 Maret 2012
Pagi
kuterima pagi dengan selimut mawar ditebar
matahari bermanja di rambutmu
di cerlangnya aku mabuk mandi berguyur wewangi
cecapi tiap lapis aroma renjana paling hati
lepas gigil masa
lekukmu serupa liuk cemara pada desah musim angin
kelopakmu geriap rerumputan
seduh pada musim berganti
percik sudah senyum pelangi
Kaki Merapi, 9 Maret 2012
matahari bermanja di rambutmu
di cerlangnya aku mabuk mandi berguyur wewangi
cecapi tiap lapis aroma renjana paling hati
lepas gigil masa
lekukmu serupa liuk cemara pada desah musim angin
kelopakmu geriap rerumputan
seduh pada musim berganti
percik sudah senyum pelangi
Kaki Merapi, 9 Maret 2012
Mimpi dan Nyata
sekumpulan busa rasa
menggembung, kemudian pecah
memerca
jiwa terpasak di balik jeruji langit
tanya
sia-sia
menggembung, kemudian pecah
memerca
jiwa terpasak di balik jeruji langit
tanya
sia-sia
Kamis, 01 Maret 2012
Bayang
sepekat rengkuh mencumbu angin
pelangi hanya mampu hadirkan mimpi
maka aku tak ingin terjaga
Jogja, Februari 2012
pelangi hanya mampu hadirkan mimpi
maka aku tak ingin terjaga
Jogja, Februari 2012
Rabu, 22 Februari 2012
Dash of Peace
Aku menemukan surga yang sama, di semua wajah anak yang lelap
Tawa mereka menyentuhku, dengan cara yang sama. Seperti awal hari. Dari masa yang berganti.
Terkadang kulihat kamu di mereka, dengan air matamu yang mengalun.
Tak ditahan-tahan di depanku.
Begitu kuat...., Begitu rapuh....,
Bagai secercah damai.
oleh: Julia Napitupulu
English version by RB. Edi Pramono
I find heaven in the slumbering children's faces
to the bed of my heart their laughter touches
resembling the beginning of a day, of all changing days.
Sometimes I see you in them, with your drifting tears
trickling, before me.
So strong..., so frail...,
like a dash of peace
Tawa mereka menyentuhku, dengan cara yang sama. Seperti awal hari. Dari masa yang berganti.
Terkadang kulihat kamu di mereka, dengan air matamu yang mengalun.
Tak ditahan-tahan di depanku.
Begitu kuat...., Begitu rapuh....,
Bagai secercah damai.
oleh: Julia Napitupulu
English version by RB. Edi Pramono
I find heaven in the slumbering children's faces
to the bed of my heart their laughter touches
resembling the beginning of a day, of all changing days.
Sometimes I see you in them, with your drifting tears
trickling, before me.
So strong..., so frail...,
like a dash of peace
Jumat, 10 Februari 2012
Habis...
Selimutkan saja kabut pada hati yang kedinginan
dan mari kita berbaring telanjang
tak lagi mengais
tak lagi menepis
selimutkan saja kabut
karna kita tak lagi mampu bertelut
habis...
Jogja, 11 Februari 2012
dan mari kita berbaring telanjang
tak lagi mengais
tak lagi menepis
selimutkan saja kabut
karna kita tak lagi mampu bertelut
habis...
Jogja, 11 Februari 2012
Kamis, 09 Februari 2012
Harap
Jalanan tlah kisahkan sembilu dari serpih hati
seperti yang tergurat pada pagi yang menyapa
maka kupindahkan pada tiap pucuk daunan yang kulalui
agar tak terinjak lelehkan darah di tiap pori
agar masih bisa kupetik
dan kuuntai kembali menjadi harap
dan kuletakkan di ranjangku, menjadi kawan
mimpi malamku
Jogja, 10 Februari 2012
seperti yang tergurat pada pagi yang menyapa
maka kupindahkan pada tiap pucuk daunan yang kulalui
agar tak terinjak lelehkan darah di tiap pori
agar masih bisa kupetik
dan kuuntai kembali menjadi harap
dan kuletakkan di ranjangku, menjadi kawan
mimpi malamku
Jogja, 10 Februari 2012
Senin, 06 Februari 2012
Rinai Senja
Waktu itu senja mulai menyapa. Ruah sudah laut di rindu sosokmu, teteskan sungai koyak pada hendak ketika sore itu hujan mengguyur teras kisah kita. Rambutmu jadi basah oleh percik malam yang dikandung mendung pekat, baru saja dia bergayut dan meleleh. Sore kita kuyup. "Ah, biarlah," itu katamu, sambil kau geraikan basah di hatiku. Kulihat punggung tanganmu, tergurat kisah kita dalam gambar warna-warni. Persis pelangi yang kemarin kau tanam di benakku, dan pasti tumbuh subur meski tak sempat kusiangi; karena rinai tak pernah pergi.
Kau buka pintu perlahan, menyuarakan derit di hatiku. Lalu kita berbaku kata tentang masa, tentang warna, dan tentang jalan. Kita tertawa sambil menusukkan pedih di dinding jurang, tangan kita masih bersinggungan.
"Kelak jika senja tak lagi rinai, kita bangun istana mimpi kita," begitu rajukmu. Maka kupasakkan angan di bibir saga, agar menjadi saksi janji hati. Rinai senja tak pernah pergi, mungkin ia setia terjaga agar janji hati tetap bersembunyi.
Kaki Merapi, 8 Februari 2012
Kau buka pintu perlahan, menyuarakan derit di hatiku. Lalu kita berbaku kata tentang masa, tentang warna, dan tentang jalan. Kita tertawa sambil menusukkan pedih di dinding jurang, tangan kita masih bersinggungan.
"Kelak jika senja tak lagi rinai, kita bangun istana mimpi kita," begitu rajukmu. Maka kupasakkan angan di bibir saga, agar menjadi saksi janji hati. Rinai senja tak pernah pergi, mungkin ia setia terjaga agar janji hati tetap bersembunyi.
Kaki Merapi, 8 Februari 2012
Selasa, 31 Januari 2012
Ketika Engkau Hilang
Ketika engkau hilang
ada geriap senantiasa menyapa tiap bulu tubuhku
hadirkan ribuan kaki semut menari tanpa irama
gesek dedaunan tiupkan nada asing
seolah dengking srigala di kesendirian kelam
Ketika engkau hilang
rinai hujan angsurkan setangkup kembang
yang mekar di musim lalu
alun ombak tawarkan setumpuk garam
untuk hiasan pada polos luka
dan biola di kejauhan sayatkan lengking nada
menguliti rasa
Ketika engkau hilang
angsapun berdansa dengan angin
yang bukan pasangan
dan layanglayang melambaikan tangan
tanpa benang
Kaki Merapi, 31 Januari 2012
ada geriap senantiasa menyapa tiap bulu tubuhku
hadirkan ribuan kaki semut menari tanpa irama
gesek dedaunan tiupkan nada asing
seolah dengking srigala di kesendirian kelam
Ketika engkau hilang
rinai hujan angsurkan setangkup kembang
yang mekar di musim lalu
alun ombak tawarkan setumpuk garam
untuk hiasan pada polos luka
dan biola di kejauhan sayatkan lengking nada
menguliti rasa
Ketika engkau hilang
angsapun berdansa dengan angin
yang bukan pasangan
dan layanglayang melambaikan tangan
tanpa benang
Kaki Merapi, 31 Januari 2012
Jumat, 27 Januari 2012
Sungai Hidupku
pada tiap mawar kulihat kerlingmu
pada tabir rinai terbias rautmu
pada hembus desau terhias kecup hangatmu
maka kutanam rekah mawar di jantungku agar
degupnya mengerjap larit kerlingmu
kuguyurkan rinai hujan agar di tiap
poriku tergurat rautmu
dan kuselimutkan angin agar hangat tubuhku
oleh kecupmu
pada gemericik air kudengar desahmu
riaknya merupa geliat lembutmu
dan alirnya hadirkan selusur jemari lentikmu
maka membenam aku dalam arus
hanyut
menyusuri lapis demi lapis geriap
denyutmu
Aih, kau
alam dan sungai hidupku
Kaki Merapi, 27 Januari 2012
pada tabir rinai terbias rautmu
pada hembus desau terhias kecup hangatmu
maka kutanam rekah mawar di jantungku agar
degupnya mengerjap larit kerlingmu
kuguyurkan rinai hujan agar di tiap
poriku tergurat rautmu
dan kuselimutkan angin agar hangat tubuhku
oleh kecupmu
pada gemericik air kudengar desahmu
riaknya merupa geliat lembutmu
dan alirnya hadirkan selusur jemari lentikmu
maka membenam aku dalam arus
hanyut
menyusuri lapis demi lapis geriap
denyutmu
Aih, kau
alam dan sungai hidupku
Kaki Merapi, 27 Januari 2012
Kamis, 26 Januari 2012
Titik Titik Air
titiktitik air hadir menyapamu lewat kerjap cahaya
singgah menghiasai kujur dan rautmu
kau yang rajin menyapa angin
menggelungkan diri menepis bahkan desaunya
seremang angkasamu
segigil ngilu tubuhmu
gemeretak dinding rasaku
seribu kehendak koyak
karena rayu ribu titiktitik air mencumbu
maka kau selimutkan sepi pada lenguhmu
bak tari limbung tanpa irama
dan garam tak lagi asin
titiktitik air sedekat desah di nafasmu
selekat darah di nadimu
sirnakan cahaya pada kerling matamu
meski seribu senyum kutanamkan di bibirmu
lunglai harimu
Kaki Merapi, 26 Januari 2012
*untuk istriku terkasih yang sedang dicumbu cacar air
di sekujur tubuh bahkan wajah
singgah menghiasai kujur dan rautmu
kau yang rajin menyapa angin
menggelungkan diri menepis bahkan desaunya
seremang angkasamu
segigil ngilu tubuhmu
gemeretak dinding rasaku
seribu kehendak koyak
karena rayu ribu titiktitik air mencumbu
maka kau selimutkan sepi pada lenguhmu
bak tari limbung tanpa irama
dan garam tak lagi asin
titiktitik air sedekat desah di nafasmu
selekat darah di nadimu
sirnakan cahaya pada kerling matamu
meski seribu senyum kutanamkan di bibirmu
lunglai harimu
Kaki Merapi, 26 Januari 2012
*untuk istriku terkasih yang sedang dicumbu cacar air
di sekujur tubuh bahkan wajah
Selasa, 24 Januari 2012
Bumi Pertiwi
tangan terkepal. teracung angkasa ditantang
"Darah Juang" menggaung, menggema
leleh darah demi pertiwi
bumi menangis, mengais
karna tlah pergi nurani
Yogya, 25 Januari 2012
"Darah Juang" menggaung, menggema
leleh darah demi pertiwi
bumi menangis, mengais
karna tlah pergi nurani
Yogya, 25 Januari 2012
Kamis, 19 Januari 2012
Cintaku Tak Mengenal Waktu
Kemarin kita bertemu di selasar itu
kulum senyummu
kilat kerling matamu
madu meruah di dinding hatiku
menyusuri alur nadi
pekat membungkus angan
hasrat terpendam
Kemarin kita bercumbu di sudut heninh
geliat tubuhmu
desah nafasmu
sengau suaramu
adalah bara di simpulsimpul sarafku
gelegak pada tiap gelinjangku
mengabur titik pandangku
lusuh ruang hampa
Pagi ini kutatatp dirimu
kulum senyummu
larit kerling matamu
semburat keriput wajahmu
masih juga madu mengalir di kujur nadiku
ruang dan waktu tak mampu membunuh
cintaku
rinduku
Yogyakarta, 19 Januari 2012
kulum senyummu
kilat kerling matamu
madu meruah di dinding hatiku
menyusuri alur nadi
pekat membungkus angan
hasrat terpendam
Kemarin kita bercumbu di sudut heninh
geliat tubuhmu
desah nafasmu
sengau suaramu
adalah bara di simpulsimpul sarafku
gelegak pada tiap gelinjangku
mengabur titik pandangku
lusuh ruang hampa
Pagi ini kutatatp dirimu
kulum senyummu
larit kerling matamu
semburat keriput wajahmu
masih juga madu mengalir di kujur nadiku
ruang dan waktu tak mampu membunuh
cintaku
rinduku
Yogyakarta, 19 Januari 2012
Kamis, 12 Januari 2012
LANGIT
Katakatamu mengalir begitu saja tanpa reka
pun prasangka
tanpa hulu ataupun hilir
kadang lantang melengking
kadang lembut mendayu
titikkan warna warni pada dinding hati
sering kau meracau dalam keteraturan logika
mencengangkan
menghujamkan katakata alam menghadirkan kesadaran
betapa agung Sang Khalik tereja pada tumbuhmu
pun prasangka
tanpa hulu ataupun hilir
kadang lantang melengking
kadang lembut mendayu
titikkan warna warni pada dinding hati
sering kau meracau dalam keteraturan logika
mencengangkan
menghujamkan katakata alam menghadirkan kesadaran
betapa agung Sang Khalik tereja pada tumbuhmu
Senin, 09 Januari 2012
Sepasang Merpati
Sepasang merpati menjejakkan kaki di langit angan
perlahan menautkan sayap melukis angkasa
dengan masingmasing mimpi
langit mengarakkan awan memikul berat basah
entah pada hati mana banjir akan menyapa
Sepasang merpati meliukkan tubuh
hening
saga mengambang dalam rinai pelangi asa
titiktitik bening merebak
meramu luka, suka, duka, maupun asa
menyulam harap pada remang kain cinta
Sepasang merpati mencumbukan mimpi
di atas ranjangranjang yang tak pernah pasti
entah siapa yang terkapar
karena sepasang merpati menyorotkan mata binar
sekaligus nanar
Malang,8 Januari 2012
perlahan menautkan sayap melukis angkasa
dengan masingmasing mimpi
langit mengarakkan awan memikul berat basah
entah pada hati mana banjir akan menyapa
Sepasang merpati meliukkan tubuh
hening
saga mengambang dalam rinai pelangi asa
titiktitik bening merebak
meramu luka, suka, duka, maupun asa
menyulam harap pada remang kain cinta
Sepasang merpati mencumbukan mimpi
di atas ranjangranjang yang tak pernah pasti
entah siapa yang terkapar
karena sepasang merpati menyorotkan mata binar
sekaligus nanar
Malang,8 Januari 2012
Kamis, 05 Januari 2012
Luka Lama
ada yang mengusikku lewat angin tengah hari
mematukkan dingin berjarum di dinding rasa
memberikan kedut aneh di datar kulitku
mangu menyapaku
tiba-tiba katakatamu hadir lewat dering tanpa suara
bangunkan tiap helai bulu tubuh
kepandangi hatiku
nganga luka sedang kau sulam dengan jarum berkarat
dengan benang basah berlumur cuka
Gusti, aku memekik tanpa suara
duhai kembara jiwa
rehatmu tetap mata terjaga
bukan kopi atau anggur sebagai kawan
bukan denting piano atau alun lembut menemani
tapi retakretak angan masa
berenda lukaluka lama
Kaki Merapi, 3 Januari 2012
mematukkan dingin berjarum di dinding rasa
memberikan kedut aneh di datar kulitku
mangu menyapaku
tiba-tiba katakatamu hadir lewat dering tanpa suara
bangunkan tiap helai bulu tubuh
kepandangi hatiku
nganga luka sedang kau sulam dengan jarum berkarat
dengan benang basah berlumur cuka
Gusti, aku memekik tanpa suara
duhai kembara jiwa
rehatmu tetap mata terjaga
bukan kopi atau anggur sebagai kawan
bukan denting piano atau alun lembut menemani
tapi retakretak angan masa
berenda lukaluka lama
Kaki Merapi, 3 Januari 2012
Minggu, 01 Januari 2012
Tahun Baru
Selarit masa pada lepas dan harap asa
ada ketelanjangan dalam bisiknya
bersalin rupa sang kala pada titik ada tiada
hanya jejak tinggalkan makna
semu waktu
tergugu seharu
Kaki Merapi, 31 Desember 2011
ada ketelanjangan dalam bisiknya
bersalin rupa sang kala pada titik ada tiada
hanya jejak tinggalkan makna
semu waktu
tergugu seharu
Kaki Merapi, 31 Desember 2011
Resi, Benar Katamu
Benar katamu, resi
kenikmatan sesungguhnya hanyalah kosong
ia hanya setumpuk ingin
pada goda ingatan lalu
saat pikiran terpaku pada satu deru
bayangbayang senang menghantui
membias rasa
gumpalkan hasrat
dan begitu tercecap buah itu
nikmat memerca
runtuh pada kekosongan
melompong
Benar katamu, resi
jalan hidup bukan kenikmatan
melainkan kesadaran berproses
mencermati tiap bulir jejak bergulir
menebah serpih debu pada jendela jiwa
melaraskan kehendak dan langkah pada hening
dan luruh pada tiap prosesnya
matang pada tiap saatnya
Kenikmatan sejati menghuni ketiadaan yang ada
kosong hati yang penuh
syukur tanpa ukur
sujud jiwa dalam hampa waktu
kenikmatanku, resi
semu berbilah belati
Kaki Merapi, 2 Januari 2011
kenikmatan sesungguhnya hanyalah kosong
ia hanya setumpuk ingin
pada goda ingatan lalu
saat pikiran terpaku pada satu deru
bayangbayang senang menghantui
membias rasa
gumpalkan hasrat
dan begitu tercecap buah itu
nikmat memerca
runtuh pada kekosongan
melompong
Benar katamu, resi
jalan hidup bukan kenikmatan
melainkan kesadaran berproses
mencermati tiap bulir jejak bergulir
menebah serpih debu pada jendela jiwa
melaraskan kehendak dan langkah pada hening
dan luruh pada tiap prosesnya
matang pada tiap saatnya
Kenikmatan sejati menghuni ketiadaan yang ada
kosong hati yang penuh
syukur tanpa ukur
sujud jiwa dalam hampa waktu
kenikmatanku, resi
semu berbilah belati
Kaki Merapi, 2 Januari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...