di muara sungai ini kita bertemu
melalui liuk perjalanan dari berbagai hulu
di segenap penjuru
sudah pula garis alam setiap kepala membawa beda
di situ sejatinya letak peraduan segala rasa
di situ juga tungku menyala
mematangkan jiwa jiwa kembara
bukan untuk mengeja perih
serupa jerit peluit memanggil sunyi
bukan pula ajang untuk membakar hangus
liuk perjalanan yang telah mangkus
di panggung pedalangan nir rupa
kelir dan pelepah melembah untuk manembah
dan para wayang bersilih peran
bukan untuk sang dalang bisa sesorah
hingga pentas berderak menawarkan resah
yang tak hendak sudah
apa yang mau dicari
sudah penuh bukan dengan ilmu mumpuni?
yang tentu tidak untuk bermegah diri
mungkin sudah pada lupa
ketika telunjuk menudingkan dengki
ke dada sendiri empat jari hujamkan benci
tak perlu lagi bertanya siapa memulai
tapi buktikan, siapa punya nyali mengakhiri
riuh pertikaian yang menjadi jadi
ia yang bertindak mengakhiri
layak disebut yang sejati
dan ia yang berkelit di balik rimbun kata
tak lain adalah jiwa yang merana
Kaki Merapi 18 Maret 2016
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Rabu, 30 Maret 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar