kutulis ini untuk sedikit mengurai gumpal rindu
di tiap simpul syarafku,
sejak kau lemparkan benih rasa di ladang hati;
dia tumbuh menyemak
meski musim hujan tak kunjung datang
kemarau ini justru menjadikannya kaktus berduri ilalang
yang akarnya adalah seluruh urat nadi
di banyak ladang anakanak bermain layanglayang
bergambar raut wajahmu
dan rumbainya melambai padaku,
menggeraikan rambutmu mengusap
basah relungku.
batangbatang tebu meliuk,
daundaunnya menari bermusik angin
sambil mendesaukan lagu rindu
untukku
ataukah
untuk kita?
mestinya sepasang matamu
pada wajah yang memenuhi kepalaku
menyaksikan pula di batas senja
sepasang angsa berdansa cinta
dan merasakan desah nafas mereka
dalam renjana
seperti yang masih kurasakan sapu nafasmu
merasuk rongga dadaku
membasuh bilur hati, melebam karna buluh waktu
sejenak kupejam mata agar sketsa rautmu
menjelma lukis wajah, membantu jemariku
mengguratnya di ruang hati paling sunyi
sajak ini mengalir sendiri
tak kuasa membunuh sepi
Kaki Merapi, 14 Oktober 2011
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Senin, 17 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
it's already late, my love the dusk is left behind you find no more songs of birds so soft let's set courses in the hallows of mi...
-
the morning comes and caresses your face and I hold your name along my days I swear to the sun of the love I slipped in your dream I di...
-
Baru saja terlempar dari balik jendela selembar tisu tergolek di tanah basah jelaga mata tlah terbuang secuil gelisah pada patahnya Gem...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar