Minggu, 17 Juli 2011

Kita Menari di Alir Sungai Susu

Kau dengar tadi mama,
mereka bergumam, sebagian bersenandung pujian untukmu.
Masih ada yang menitikkan bening memantulkan rautmu
yang meneduhku dari sengkarut rasa.
Sejenak kuedarkan mata pada kumpulan raut yang ada;
mestinya asing engkau karena bukan mereka
yang sering bercanda di beranda kita.
Aih, mestikah ada beda di sana?

Orangorang berkata bahwa 1000 adalah batas pemisah
dunia kita; tidak begitu bagiku. Waktu tak punya
kuasa atas darah yang mengaliri nadiku.
Engkau hanya berlalu sesaat menyiapkan tempat
bagi kita bertemu seperti dulu selalu
kau siapkan segala sesuatu untukku.

Bersuka citalah engkau dalam perjamuan kudusNYA
di sampingnya kelak aku berdansa di kemah Junjungan Agungku
kita menari di alir sungai susu.


Malang, 21 Juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUJAN PAGI

 hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...