tanahku membara gelegak
sebab hujan berebutan dari pagi hingga pagi
sementara para hati gigil gemeretak
sebab tak lagi tumbuh pohon empati
apalagi kasih
di sini carut, di sana marut
di sini teracung parang dan badik
di sana senapan-senapan membidik
riuh jerit dan teriak erang melaut
siapa bertanya tentang kasih
kemarau baru saja beranjak pergi
orang-orang berteguh memeluknya
sebab hujan dan dingin mulai melantunkan elegi
dan berderak segala pintu negri
di sini dan di sana, di mana-mana
masih saja, dan masih saja
negriku dicumbu duka
bercinta dengan luka
Jogja, 15 Juni 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar