Selimutkan saja kabut pada hati yang kedinginan
dan mari kita berbaring telanjang
tak lagi mengais
tak lagi menepis
selimutkan saja kabut
karna kita tak lagi mampu bertelut
habis...
Jogja, 11 Februari 2012
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Jumat, 10 Februari 2012
Kamis, 09 Februari 2012
Harap
Jalanan tlah kisahkan sembilu dari serpih hati
seperti yang tergurat pada pagi yang menyapa
maka kupindahkan pada tiap pucuk daunan yang kulalui
agar tak terinjak lelehkan darah di tiap pori
agar masih bisa kupetik
dan kuuntai kembali menjadi harap
dan kuletakkan di ranjangku, menjadi kawan
mimpi malamku
Jogja, 10 Februari 2012
seperti yang tergurat pada pagi yang menyapa
maka kupindahkan pada tiap pucuk daunan yang kulalui
agar tak terinjak lelehkan darah di tiap pori
agar masih bisa kupetik
dan kuuntai kembali menjadi harap
dan kuletakkan di ranjangku, menjadi kawan
mimpi malamku
Jogja, 10 Februari 2012
Senin, 06 Februari 2012
Rinai Senja
Waktu itu senja mulai menyapa. Ruah sudah laut di rindu sosokmu, teteskan sungai koyak pada hendak ketika sore itu hujan mengguyur teras kisah kita. Rambutmu jadi basah oleh percik malam yang dikandung mendung pekat, baru saja dia bergayut dan meleleh. Sore kita kuyup. "Ah, biarlah," itu katamu, sambil kau geraikan basah di hatiku. Kulihat punggung tanganmu, tergurat kisah kita dalam gambar warna-warni. Persis pelangi yang kemarin kau tanam di benakku, dan pasti tumbuh subur meski tak sempat kusiangi; karena rinai tak pernah pergi.
Kau buka pintu perlahan, menyuarakan derit di hatiku. Lalu kita berbaku kata tentang masa, tentang warna, dan tentang jalan. Kita tertawa sambil menusukkan pedih di dinding jurang, tangan kita masih bersinggungan.
"Kelak jika senja tak lagi rinai, kita bangun istana mimpi kita," begitu rajukmu. Maka kupasakkan angan di bibir saga, agar menjadi saksi janji hati. Rinai senja tak pernah pergi, mungkin ia setia terjaga agar janji hati tetap bersembunyi.
Kaki Merapi, 8 Februari 2012
Kau buka pintu perlahan, menyuarakan derit di hatiku. Lalu kita berbaku kata tentang masa, tentang warna, dan tentang jalan. Kita tertawa sambil menusukkan pedih di dinding jurang, tangan kita masih bersinggungan.
"Kelak jika senja tak lagi rinai, kita bangun istana mimpi kita," begitu rajukmu. Maka kupasakkan angan di bibir saga, agar menjadi saksi janji hati. Rinai senja tak pernah pergi, mungkin ia setia terjaga agar janji hati tetap bersembunyi.
Kaki Merapi, 8 Februari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)