Minggu, 15 Agustus 2010

MEMORI

Serubah wajah bersalin rupa,
risaunya terbentur mesin waktu.
Seorang bocah berlarian di jalanan berdebu,
mengepakkan mimpi seribu nanti.

Ada yang tersisa pada gores hati.

Semata renjana berganti muka,
bersabung antara angin dan ingin.
Dia duduk terpekur pada ruang waktu yang bergulir mundur,
dia tersenyum pada potret wajah-wajah tanpa cakrawala.

Ada yang masih tersisa pada gores hati.

Kenakanlah mahkota di atas luka,
atau coretkan buluh pada sendaumu,
seperti anak-anak bersorak pada kembang api yang menghilang.

Ada yang selalu tersisa pada gores hati.



Jogja, Mei 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar