Ketika rembulan merah
bayangmu menggoda jiwa
merengkuh ingin yang hampir tak nyata
kita sembunyi dari kenyataan
hanya untuk berkubang dalam keindahan maya.
Kasih, mari kita jujur dan terbuka
agar koyak luka tak lagi menyiksa
dan hasrat jiwa tak lagi merana
barangkali takdir akan bicara lewat rembulan
yang membawa senyum kita.
Kita yang sedang mabuk kepayang
hanya bisa merenda langit dengan angan
dan melukis harapan di pasir malam.
Karanganom, Mei 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar