Anakku, maafkan aku yang penakut
karna tak bisa menjadi tempatmu bergayut,
maafkan aku yang hanya berkata-kata
tak mampu berbuat apa-apa,
yang tidak bejuang, hanya berkubang dalam khayalan,
hanya bergelut dengan kata-kata berkabut.
Maafkan aku karena lidah yang kelu,
jiwa yang beku, hati yang membatu,
dan pikiran yang tak tentu,
dan tak berani merengkuhmu penuh rindu.
Anakku, tak pantas untukmu aku menjadi pahlawan
karena patah angan sebelum berjuang,
karena tak bisa menepis garis,
karena tak bisa menebas batas,
karena tak berdepan untuk berkurban,
karena dan berjuta lagi karena,
hingga mendekapmu dalam pelukan rindu
hanya khayalan semu,
hingga menimangmu dalam dekapan cinta
hanya ada sebatas angan.
Anakku, maafkan aku.
Kelak kau dewasa dan mengerti kata,
aku tlah tanamkan padamu luka,
dan bertumbuh dengan pupuk dusta berbalut cinta;
kelak kau dewasa dan mengerti cinta,
aku tlah torehkan dalam jiwamu duka abadi
karena kejujuran yang tlah tertikam mati.
Anakku, maafkan aku,
meski tak cukup berharga aku
untuk terima maaf darimu.
Jogja, Agustus2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar