Minggu, 02 Oktober 2011

Luka Abadi

runtuh sudah atap kemanusiaan oleh cecer darah
iblis menari rancak mengecrak genang merah
sambil bersenandung luka abadi

sementara kalian sibuk bernegosiasi
sambil meneggak anggur murni
mereka berkubang airmata tak henti
karna anak, istri, atau suami yang tibatiba pergi
membawa segenap mimpi

seorang bocah kecil di sudut jalan
meringkuk tubuhnya dalam gigil hujan, gemetar
kudekati dia, matanya kosong
seolah aku tersungkur di sumur mati
kutanya dia, "mengapa kau di sini, sendiri?"
dia balik bertanya, "mengapa tuan peduli?"

maka setanpun riang menari
sambil senandung luka abadi
entah untuk siapa


Kaki Merapi, 30 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar