Kus,
dulu, dulu sekali sempat sejenak kita bernyanyi bersama dalam paduan
suara sastra. tiba-tiba waktu menjadi kilat, hanya benih kata di antara
kita. tak lebih, tak kurang.
dunia lembar kaca ajaib kembali
mempertemukan kita setelah belasan tahun berselang. benih kata dulu
tiba-tiba menjadi hutan rimbun dengan matahari pagi dan
sungai-sungainya, kicau burung dan nyanyi
jengkerik malam. ya, ribuan kata kita sudah berbagi, bak pelangi. aih,
pelangi. kau memanggilku begitu, Kus. Mr. Rainbow, begitu selalu tulismu
untukku.
seperti dulu, waktu tiba-tiba menjadi kilat. hutan
rimbun itu belum sempat kita jejaki bersama, tapi kau sudah memeluk
pelangi. aih, Kus, ceritakan padaku kini, seperti apa sesungguhnya
indahnya pelangi itu hingga kau sematkan padaku. mungkin juga kau sedang
bercanda dengan kerling para bidadari, seperti kerap kau tuang dalam
sajak-sajakmu.
Kus, mari, mari kita menari, agar hutan rimbun kita menjadi puisi, dan kelak kita baca bersama di ruang abadi.
selamat jalan kawan. tetaplah berpuisi di 'sana', sebab Tuhan sangat mencintai sastra, siapa tahu, DIA akan membaca puisimu.
Kaki Merapi, 13 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar