Selasa, 25 Februari 2014

In Memoriam: Markus Rohadi

Kus, dulu, dulu sekali sempat sejenak kita bernyanyi bersama dalam paduan suara sastra. tiba-tiba waktu menjadi kilat, hanya benih kata di antara kita. tak lebih, tak kurang.

dunia lembar kaca ajaib kembali mempertemukan kita setelah belasan tahun berselang. benih kata dulu tiba-tiba menjadi hutan rimbun dengan matahari pagi dan sungai-sungainya, kicau burung dan nyanyi jengkerik malam. ya, ribuan kata kita sudah berbagi, bak pelangi. aih, pelangi. kau memanggilku begitu, Kus. Mr. Rainbow, begitu selalu tulismu untukku.

seperti dulu, waktu tiba-tiba menjadi kilat. hutan rimbun itu belum sempat kita jejaki bersama, tapi kau sudah memeluk pelangi. aih, Kus, ceritakan padaku kini, seperti apa sesungguhnya indahnya pelangi itu hingga kau sematkan padaku. mungkin juga kau sedang bercanda dengan kerling para bidadari, seperti kerap kau tuang dalam sajak-sajakmu.

Kus, mari, mari kita menari, agar hutan rimbun kita menjadi puisi, dan kelak kita baca bersama di ruang abadi.

selamat jalan kawan. tetaplah berpuisi di 'sana', sebab Tuhan sangat mencintai sastra, siapa tahu, DIA akan membaca puisimu.


Kaki Merapi, 13 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar