Pagi
menganggukkan kepala padaku, lalu membetoti ngilu sepanjang lalu malam.
Ditarikan jemarinya di kepalaku, mengetuki simpul-simpul membesi di tiap
sendi setelah kemarin para serdadu membekamnya dalam tungku abu. Sebuah
gulat antara geretak dan ngilu.
Di wangi rambutmu, waktu tlah
mengajariku berburu, seperti pagi yang baru saja kau tanam di tulangku.
Dan aku akan menuainya nanti, persis saat kau kedipkan matamu. Maka
sungai-sungai menari bagimu dan untukku, seolah ia adalah pagi kita.
Aih, kekasih, pagi kita tengah berburu matahari. Mari kita bercumbu.
Kaki Merapi, 18 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar