Jangan turunkan api pada saat seperti ini
karena bumiku tengah membara dengan berbagai peristiwa,
bergolak tak henti.
Turunkan saja hujan, kini seolah tinggal mimpi,
entah di mana dia sembunyi.
Sawah ladang sudah kerontang dengan retakretak tanah menantang;
pohonpohon kaku menjulang menyisakan satu dua daun hijau,
dulu pernah rimbun memukau.
Debudebu acapkali menari dalam tetabuhan angin
persis saat roda melindas dan melintas
Di atas sana banyak api masih membara
memancar dari dadadada di mana puasa belum punya kuasa,
menjadikan kemarau seolah abadi menghuni hati.
Maka kebakaran di manamana
Ayolah, turunkan saja hujan,
agar rinduku tak meranggas
dan cintaku seperti gelombang menderas.
Kaki Merapi, 9 Sept 2011
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Senin, 12 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
dan karma itu menumpahkan hujan pada renjana yang membara lalu kita guratkan janji pada lenguh paling pagi jarak telah menjadi pencuri aku ...
-
Lalu waktu bergegas gegas seperti cemas yang sedang berkemas siapa yang telah menggenggam rindu pucuk pucuk rumput mendadak layu di batas...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar