Jangan turunkan api pada saat seperti ini
karena bumiku tengah membara dengan berbagai peristiwa,
bergolak tak henti.
Turunkan saja hujan, kini seolah tinggal mimpi,
entah di mana dia sembunyi.
Sawah ladang sudah kerontang dengan retakretak tanah menantang;
pohonpohon kaku menjulang menyisakan satu dua daun hijau,
dulu pernah rimbun memukau.
Debudebu acapkali menari dalam tetabuhan angin
persis saat roda melindas dan melintas
Di atas sana banyak api masih membara
memancar dari dadadada di mana puasa belum punya kuasa,
menjadikan kemarau seolah abadi menghuni hati.
Maka kebakaran di manamana
Ayolah, turunkan saja hujan,
agar rinduku tak meranggas
dan cintaku seperti gelombang menderas.
Kaki Merapi, 9 Sept 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar