Dia berteriak dengan sunyi kepada sang Tiada
untuk reruntuhan rasa bersimbah darah
Tuhanku, sudah bermegah aku untuk salib
besi yang Kau sematkan di pundakku
sudah bertasbih aku untuk koyak moyak
terserak dan mulai mengerak
Kakiku menggigil oleh bara
jalan yang kutempuh setapak retak
seperti hatiku yang tak terbuat dari batu
Aku belum ingin dentangkan lonceng
meski melepuh dan berguguran
nafasku
maka kutanya engkau,
"Kemana harus kuhancurkan sesak ini
saat sandarku merapuh?"
Dia berteriak sepenuh bumi
teriak sunyi
parau pada hati
Kaki Merapi, awal April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar