di selasar rasa, ngilu bukan lagi
kisah pucuk pucuk daun
ia tereja pada basah jendela
dan batu batu mencatatnya
jejak perjalanan berbongkah permata
maka dibutuhkan belati menguliti
sebagai kawan tabuh genderang
musti ada perih mendidih
menemani geriap yang berdansa
musti ada rintih menganak sungai
agar langkah berderap menyamudera
demikian mendua menghadirkan makna
tak perlu lagi mati disergah misteri
apalagi damai berselimut mimpi.
mengalirlah, mengalirlah,
jika ada dengki
alunkan simfoni nurani
agar tak merana jiwa jiwa kembara
didekap gersang fatamorgana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar