Sajak Kolaborasi 4:
Abah Yoyok (Cisauk)
Erny Susanty (Jakarta)
Romadhoni Onie (Minang)
RB. Edi Pramono (Yogyakarta)
Kau hadir merobek tirai rasa
deras darahku berdesir
waktu seketika berhenti
kembali kau sisakan lunglai pada ngiluku
Tak kupungkiri pesona magismu
aku terlena, aku beringsut, aku berlalu
mengejar bayangku
dan angin mengalir
daun daun gugur di beranda hati
tembang trenyuh sekar megatruh
gemantung di langit rubuh
Tambat itu telah lama lepas
namun biduk ini tak juga lalu
perlahan akhirnya hujan membasuh
semua kata yang menjangkar di sana
Duhai sayang,
jemariku gemetar melukis rautmu dalam angan.
26 September 2011
Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Rabu, 28 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
HUJAN PAGI
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
hujan pagi di musim kemarau dan bulir padi usai dituai aroma tanah basah dan kelepak burung sesayup daun yang kuyup menggurat rautmu di pel...
-
dan karma itu menumpahkan hujan pada renjana yang membara lalu kita guratkan janji pada lenguh paling pagi jarak telah menjadi pencuri aku ...
-
Lalu waktu bergegas gegas seperti cemas yang sedang berkemas siapa yang telah menggenggam rindu pucuk pucuk rumput mendadak layu di batas...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar