Aku dan pergulatanku menyusupi celah-celah kehidupan yang membawaku dalam kembara yang tak mengenal jeda. Baru kumengerti bahwa sunyi adalah belati berkarat yang mampu membawa sekarat...
Selasa, 24 Mei 2011
Ah, kalau saja aku masih boleh berharap
Angan ini dalam membelenggu rasaku,
mengharapmu selalu dalam rengkuhku,
dan kita bersama melampaui waktu.
Kepadamu aku terkulai karna hati terbelai
Kekasih, kau jadikan semua nyata untukku
dan tak lagi merana anganku
Betapa ingin rasa hatiku
menautkan bibirmu di bibirku,
membawaku mabuk melayang,
mencecap anggur manis dewa kayangan.
Geliat penuh bibirmu
adalah erangan rindu terpasung angan.
Aku lunglai kepayang
Andai aku masih bisa mengharap
dalam lautan cinta raga kita menyelam,
karna satu keinginanku terdalam,
memadu kasih denganmu sepanjang malam.
Karena hanya olehmu
hasratku mengharu, membiru,
dan karenamu renjanaku tak lagi kelu
Aih, kekasih, harapku masih semata angan
Rasaku dan rasamu di sana terselimut awan;
biarkan aku merengkuhmu, mendekapmu,
melumerkan karang keraguan,
menuai kepercayaan,
hingga jiwa kita berjalan bergandengan
Kekasih, di sini aku masih berharap
hanya ada engkau dan aku
tanpa cemas dan khawatir mengganggu.
Bersama bahagia kita berdansa,
melantunkan sajak cinta berbagi rima;
entah di sini atau di mana
waktu akan segera menjemput kita
Ah, kalau saja aku masih boleh berharap
ingin kurenggut aturan bumi
mati dan demi bersamamu hidup kembali
karena jiwamu dan jiwaku
Tlah tertulis tebal di seluruh pucuk dedaunan:
Engkau untukku
Aku untukmu
Kaki Merapi, 25 Mei 2011
(adaptasi puisi If I Could Make A Wish oleh Pamela)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar